lifestyle

26 November, Tanggal Kematian Westerling, Dikenal karena Kekejamannya dan Kudeta yang Gagal

Rabu, 26 November 2025 | 10:20 WIB
Westerling

Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia pada Desember 1949 dan terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS), Westerling menolak keras pembubaran KNIL dan berdirinya negara kesatuan.A. Pembentukan APRAPada Januari 1950, Westerling mendirikan kelompok bersenjata yang ia namakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).

Nama "Ratu Adil" diambil dari ramalan Jawa kuno tentang pemimpin yang akan membawa keadilan dan kemakmuran, yang ia gunakan untuk menarik dukungan rakyat setempat dan para mantan serdadu KNIL. Tujuannya tak lain empertahankan bentuk Negara Federasi (RIS) yang didukung Belanda. Mempertahankan tentara khusus APRA sebagai tentara negara bagian Pasundan.

Pada 23 Januari 1950, Westerling memimpin sekitar 800 pasukannya dari KNIL yang mendukung APRA untuk menyerang Bandung. Pasukan APRA berhasil menguasai markas Divisi Siliwangi dan membunuh beberapa perwira tinggi TNI yang sedang tidak bersenjata.

Westerling merencanakan serangan lanjutan ke Jakarta dengan target utama penculikan Presiden Sukarno dan penghapusan Kabinet RIS. Namun, rencana ini bocor dan pasukan APRA gagal mencapai Jakarta. Setelah kudeta gagal mendapatkan dukungan militer dan politik yang cukup, Westerling melarikan diri. Kudeta APRA hanya bertahan beberapa hari dan menjadi pemicu percepatan pembubaran RIS dan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada Agustus 1950.

Setelah kudeta APRA gagal, Westerling melarikan diri ke Singapura (saat itu masih koloni Inggris) dan kemudian diekstradisi kembali ke Belanda. Meskipun laporan kekejamannya di Sulawesi Selatan sudah menjadi rahasia umum, Westerling tidak pernah dituntut atau dihukum oleh pengadilan Belanda atas kejahatan perang yang dilakukannya. Belanda saat itu memilih untuk tidak membuka penyelidikan penuh terhadap masa perang kolonial mereka.

Raymond Westerling menghabiskan sisa hidupnya di Belanda dan meninggal di kota Purmerend tanpa pernah dimintai pertanggungjawaban hukum atas ribuan korban yang jatuh di bawah komandonya. (*)

Halaman:

Terkini