SAMARINDA - Layanan katering sekolah oleh program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali jadi sorotan. Bukan karena menunya menarik, melainkan kualitas makanan yang dinilai jauh dari harapan para orang tua murid.
Di sebuah sekolah dasar berbasis tahfiz, menu nasi goreng yang seharusnya dibagikan justru batal disajikan. Alasannya, nasi yang datang terlalu lembek dan dianggap tidak layak santap. Akhirnya pihak sekolah meminta para orang tua segera menyiapkan makanan pengganti sebelum jam istirahat. Peristiwa ini menambah kekhawatiran para wali murid.
“Katanya makan bergizi, kalau begini jadi malah bikin khawatir,” ujar seorang wali murid. Keluhan serupa juga datang dari siswa. Seorang anak berusia delapan tahun mengaku kerap tidak nyaman dengan makanan yang diberikan. “Kadang dapat nasi sama ayamnya keras,” ucapnya polos.
Cerita itu menambah panjang daftar protes terhadap MBG. Dari sekolah lain, keluhan muncul soal rasa makanan hambar, porsi tidak seimbang, hingga menu yang dianggap monoton.
Pihak sekolah menyebut laporan sudah diteruskan ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) agar masuk dalam catatan evaluasi harian. “Semoga ada perbaikan, karena laporan ini sudah kami sampaikan ke pihak penyedia MBG,” ujar salah satu perwakilan sekolah melalui grup orang tua.
Sebelumnya, Pemkot Samarinda melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) membentuk satuan tugas (satgas) untuk menindaklanjuti masukan terkait MBG. Tim Gerak Cepat telah disebar di 26 puskesmas guna mengawasi operasional SPPG.
Kepala Dinkes Kota Samarinda, Ismed Kusasih, mengatakan tim tersebut akan melaporkan temuan ke surveilans. Selain itu, pihaknya juga melakukan pelatihan dapur SPPG sebagai langkah pencegahan. Namun baru sebagian kecil yang dilatih, sementara jumlah dapur MBG di Samarinda jauh lebih banyak. Saat ini setidaknya ada 13 SPPG yang terbentuk di kota ini.
Sebagai informasi, telah dialokasikan anggaran Rp120 juta khusus untuk pengawasan SPPG MBG di Samarinda. Ada lima titik yang menjadi prioritas pengawasan, yaitu SPPG Lok Bahu, Loa Janan Ilir, Sungai Pinang, Samarinda Ulu, dan Samarinda Seberang.
“Dua sampai tiga dapur juga sudah kami latih, dan kegiatannya masih berjalan sampai saat ini,” pungkas Ismed. (hun/beb)