SAMARINDA – Dunia pendidikan dasar di Kota Samarinda kembali terusik. Seorang murid laki-laki berusia 10 tahun di sebuah SD negeri wilayah Samarinda Seberang harus dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami patah tulang pada bagian kaki. Insiden ini diduga terjadi akibat tendangan keras yang dilakukan teman sebayanya saat jam istirahat di lingkungan sekolah.
Informasi ini menyebar cepat dan memicu keresahan di kalangan orang tua, mengingat kejadian berlangsung di area sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Samarinda, Asli Nuryadin, menjelaskan bahwa dari laporan awal, insiden bermula ketika sejumlah murid bermain seperti biasa pada jam istirahat, Jumat (28/11/2025).
"Anak-anak SD ini belum memahami konsep bullying. Bagi mereka, bermain itu hal spontan. Kadang ada dorongan atau tendangan yang bagi mereka dianggap biasa,” ujar Asli.
Sayangnya, pada hari itu, satu tendangan melesat terlalu keras hingga menyebabkan korban jatuh dan tak mampu berdiri. Pemeriksaan dokter kemudian mengonfirmasi adanya patah tulang pada bagian kaki korban.
“Jadi memang murni cedera akibat tendangan dalam situasi bermain,” tambah Asli, menegaskan bahwa ini bukan kasus perundungan (bullying) yang terencana.
Pihak sekolah segera bertindak cepat dengan menghubungi orang tua kedua belah pihak dan melakukan mediasi di ruang sekolah. Proses tersebut dilaporkan berlangsung tanpa ketegangan.
“Orang tua anak yang menendang bersedia bertanggung jawab atas biaya pengobatan serta pemulihan. Jadi masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan,” terang Kepala Disdikbud Samarinda.
Karena adanya kesepakatan damai dan tanggung jawab penuh dari keluarga pelaku, tidak ada laporan pidana atau proses hukum lebih lanjut yang ditempuh. Kedua keluarga sepakat menjadikan insiden ini sebagai pembelajaran penting bagi anak-anak.
Disdikbud Ingatkan Pentingnya Pengawasan Guru
Meskipun masalah telah selesai secara kekeluargaan, Disdikbud menegaskan bahwa peristiwa ini menjadi pengingat serius. Asli Nuryadin mengimbau agar guru harus lebih aktif mengawasi murid saat istirahat ataupun kegiatan di luar kelas.
“Mereka ini belum tahu mana perilaku bermain yang aman, mana yang membahayakan teman,” jelasnya.
Pihaknya juga meminta orang tua untuk memberikan pemahaman sejak dini mengenai batasan fisik saat bermain agar insiden serupa tidak terulang. Disdikbud memastikan akan memantau perkembangan kondisi korban hingga pulih sepenuhnya. (kis/rin)