PROKAL.CO, Teluk Balikpapan, kawasan kaya sumber daya laut, kini menghadapi ancaman serius. Aktivitas bongkar muat batu bara di tengah laut mengancam keseimbangan ekologis sekaligus penghidupan lebih dari 10.000 nelayan tradisional.
Kondisi ini, meski nyata, kerap diabaikan, bahkan mendapat dukungan dari kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada kepentingan industri.
Salah satu nelayan yang terdampak adalah Fadlan, perantau dari Wakatobi yang sejak 1989 menggantungkan hidupnya di Teluk Balikpapan.
Bersama pamannya, Fadlan menggunakan alat tangkap tradisional berupa rengge udang untuk menangkap udang tiger, ikan, dan kepiting. "Teluk Balikpapan ini bukan hanya tempat mencari nafkah, tapi juga sandaran hidup kami," ujarnya.
Hasil tangkapan yang dulu melimpah kini perlahan menyusut. Udang tiger, yang dulu bisa mencapai 10-12 kg per hari, kini kian sulit didapat.
Dampak dari aktivitas industri di teluk, seperti pencemaran air dan kerusakan mangrove, memengaruhi fungsi teluk sebagai feeding ground dan nursery ground bagi biota laut.
Menurut Andi Mappaselle, Ketua Kelompok Kerja Pesisir, Teluk Balikpapan merupakan kawasan penting bagi spesies laut untuk mencari makan dan tumbuh.
Kerusakan teluk akan mengganggu rantai makanan laut, menurunkan populasi ikan, kepiting, dan udang yang menjadi tumpuan ekonomi nelayan.
Tanggung Jawab Kolektif
Untuk menyelamatkan Teluk Balikpapan, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan industri. Perlindungan ekosistem mangrove, penghentian aktivitas bongkar muat batu bara yang merusak, serta edukasi kepada masyarakat menjadi langkah penting.
Jika tidak segera diambil tindakan, Teluk Balikpapan hanya akan menjadi cerita masa lalu, bukan lagi sumber penghidupan bagi generasi mendatang.
"Jika anak saya butuh biaya kuliah, saya tinggal melaut. Tapi kalau teluk ini hancur, mau ke mana lagi kami mencari nafkah?" tanya Fadlan dengan nada penuh harap.
Teluk Balikpapan tidak hanya berbicara soal keberlangsungan ekosistem, tetapi juga soal keadilan bagi masyarakat pesisir yang hidup bergantung pada kekayaan alam ini. Mari bersama menjaga Teluk Balikpapan agar tetap menjadi sumber kehidupan, bukan kerusakan.