Geliat partisipasi perempuan di sektor kewirausahaan terus meningkat. Data World Bank mengungkapkan, sedikitnya 64,5 persen dari total pelaku UMKM di Indonesia adalah perempuan, atau sekitar 37 juta UMKM. Diproyeksi pada 2025, total nilainya mencapai USD 135 miliar.
RADEN RORO MIRA, Samarinda
PADA 21 tahun lalu, Windie Karina Farmawati diamanahi usaha salon oleh sang ibu. Dari situ, dia semakin mengenal dunia bisnis. Bertahun-tahun mengelola usaha, sampailah di titik kompetitor yang semakin banyak.
“Salon sempat turun. Jadi coba belajar bagaimana nih supaya bisa naik lagi. Akhirnya pergi ke Malang waktu 2017 dan belajar tentang bisnis di sana, dapat ilmunya dan coba diterapkan di salon. Alhamdulillah berhasil, sharing lah ke teman-teman pelaku usaha lain. Dan merasa, kok kayaknya passion saya di mengajar,” jelasnya.
Namun setahun sebelumnya, dia sudah digaet oleh program kewirausahaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim, Mini University. Di sana dia menjadi mentor bagi para UMKM yang terdaftar.
Perjalanannya menjadi pendamping UMKM dimulai. Dia tergabung di Lembaga Pengembangan Wirausaha Indonesia (LPWI) pada 2019. Di bawahnya terdapat program mompreneur. Dengan mitra KPw-BI Kaltim dan berbagai dinas.
“Tahun itu melihat permasalahan, ternyata banyak perempuan korban rentenir dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di daerah Loa Bakung, Samarinda. Jadi konsentrasi saya di pemberdayaan ekonomi terhadap perempuan,” beber perempuan kelahiran 1978 itu.
Masalah lain muncul ketika pandemi. Banyak suami yang terkena efisiensi karyawan. Belum lagi suami sakit berkepanjangan hingga meninggal. Mau tidak mau, perempuan yang harus memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kala itu bahkan Windie harus blusukan untuk membantu UMKM perempuan yang kesulitan. Mereka yang bingung, habis permodalan, hingga terbatas di pemasaran. Pendampingan terus dilakukan.
“Kita mainkan di online, masuk digitalisasi. Pandemi kan ada yang harus menutup cabang, karena tidak bisa makan di tempat. Kita kuatkan di pesan-antar, alhamdulillah di situ omzet mereka tumbuh,” lanjutnya.
Mompreneur tumbuh menjadi program untuk penanggulangan kemiskinan kala itu. Hingga dijadikan Lembaga Penyedia Layanan Pemberdayaan Perempuan (LPLPP) oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan (DP2PA) Samarinda.
Sasaran pendampingan semakin luas. Termasuk pada perempuan kelompok ekonomi lemah. Seperti yang sudah memiliki usaha namun terpaksa tutup karena tak ada modal. Selain pendampingan langsung, juga diberi pinjaman bergulir tanpa bunga.