Perlu Tata Niaga Kratom
Hal yang cukup membuatnya bangga pada pameran Champs Trade Shows 2024 di Las Vegas adalah pengakuan para pengusaha di sana tentang kratom Kalimantan Barat. Menurutnya saat ini ada banyak negara yang menanam kratom, namun kualitas kratom dari Indonesia, terutama Kalbar dinilai banyak orang sebagai yang terbaik di dunia.
“Impor kratom Amerika Serikat itu tidak hanya dari kita, banyak juga dari Thailand, Vietnam, dan negara-negara Indocina. Bahkan beberapa negara Afrika juga mulai menanam. Tetapi kratom dari Kalimantan Barat yang paling baik kualitasnya, dari sisi kandungan mitragine-nya,” jelas dia.
Namun sayangnya kualitas kratom Kalbar belakangan kerap dipertanyakan oleh pembeli dari Amerika. Pasalnya sering ditemukan produk yang tidak higienis, bahkan tercampur dengan dedaunan lain. Hal tersebut, menurutnya, lantaran tidak ada standarisasi produk dan fasilitas usaha, sehingga siapa pun bisa mengekspor, bahkan orang yang tak berpengalaman sekali pun.
Akibatnya terjadi persaingan harga yang gila-gilaan. “Belum lagi kualitas produk yang buruk dan merusak citra kratom Indonesia, terutama Kalbar. Paling dirugikan tentu saja petani kratom,” ungkap Rudyzar.
Saat ini di pasaran internasional, harga tepung kratom berada di kisaran 5 hingga 6 dolar AS per kilogramnya. Padahal beberapa tahun lalu, komoditas ini pernah menyentuh nilai 40 dolar. Di tingkat petani harga daun basah tinggal Rp4.000. Adapun daun kering remahan sekitar Rp20.000-30.000, tergantung kualitas.
Kondisi tersebut diperparah dengan sikap pembeli yang seenaknya. Menurutnya, banyak eksportir Kalbar yang menderita kerugian lantaran kirimannya tidak dibayar pembeli.
“Sering barang sudah sampai, buyer tidak mau membayar. Alasan mereka produk yang dikirim setelah diuji kualitas oleh lab di sana, ternyata kratom kita banyak dicampur daun tumbuhan lain. Katanya tidak higienis, atau kandungan mitragine-nya rendah,” sebut dia.
Ia tak menyangkal bila ada segelintir oknum eksportir yang melakukan kecurangan demi meningkatkan volume pengirimannya. Hal itu merugikan semua pihak. Termasuk petani di daerah. “Tentu ini merusak citra para eksportir lainnya. Terutama petani di daerah,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, Rudyzar mendorong agar seluruh produk kratom yang diekspor wajib diuji laboratorium dulu di dalam negeri. Ia juga meminta pemerintah mengintervensi dan memberlakukan aturan terkait produksi kratom ekspor.
Lanjut Rudyzar, hendaknya para pelaku ekspor juga distandarisasi dan diawasi pemerintah. Harus ada syarat minimum bagi eksportir yang bisa melakukan ekspor. Pasalnya saat ini siapapun bisa mengekspor, sehingga berdampak persaingan harga yang tidak sehat dan buruknya citra produk kratom Kalbar.
“Harus ada syarat untuk mengekspor. Misalnya minimal harus ada gudang 2.000 ribu meter persegi. Eksportir harus punya fasilitas penggilingan dan pengeringan yang standar. Supaya tertib dan teratur,” sebutnya.
Dia mencontohkan komoditas kopi, rotan, dan sejumlah produk lainnya, yang harganya selalu stabil. "Di komoditas kopi misalnya ada kuota ekspor yang diberikan kepada pelaku usaha. Syaratnya mereka harus punya tempat produksi yang standar. Akibatnya jadi lebih terkontrol," paparnya.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Pontianak Post