Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) Kementerian Kesehatan tahun 2020 mencatat bahwa 7 dari 10 rumah tangga Indonesia masih mengonsumsi air minum yang tidak sehat. Pasalnya, kebanyakan air minum itu berasal dari infrastruktur yang terkontaminasi oleh bakteri E. coli.
Padahal, Spesialis Gizi Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Diana Sunardi menyatakan bahwa kualitas air minum berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan. Ia menjelaskan, cemaran bakteri E. coli berpotensi memicu diare.
"Sumber air yang berkualitas buruk dapat membawa berbagai masalah kesehatan, seperti diare hingga stunting," kata dr. Diana dalam diskusi “Tidak Semua Air Sama”, Selasa (26/9).
Dokter spesialis gizi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu juga menerangkan, komposisi mikrobiota antara lain dipengaruhi oleh sumber air minum. Dari hasil riset, komposisi bakteri jahat—yang membawa berbagai masalah kesehatan—meningkat ketika anak-anak mengonsumsi air minum dari sumber yang tidak aman.
"Walaupun air minum sudah direbus hingga mendidih, jika cara penanganan dan penyimpanan air tidak higienis maka kontaminasi E. coli dapat kembali terjadi,” tegas dr. Diana.
Sementara itu, Guru Besar Hidrogeologi Universitas Gadjah Mada Heru Hendrayana menegaskan bahwa tidak semua air sama. Ada perbedaan yang membuat air tertentu aman untuk dikonsumsi atau tidak tergantung pada sumbernya.
“Air yang sehat dan aman untuk dikonsumsi sangat bergantung dari sumbernya. Air yang diambil dari tanah dangkal besar peluangnya untuk tercemar aktivitas manusia," jelasnya.
"Sementara air dari akuifer dalam sifatnya murni dan memiliki kandungan mineral alami sehingga aman dan menyehatkan untuk dikonsumsi," sambung Heru.
Sumber air, katanya, menjadi semakin penting karena air yang berasal dari sumber-sumber yang kurang baik memerlukan pemrosesan yang lebih kompleks. Padahal, air minum yang diproses berlebihan, seperti misalnya air demineral, tidak direkomendasikan oleh WHO untuk dikonsumsi dalam jangka panjang karena dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan, seperti meningkatkan risiko gangguan kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Menjawab hal itu, Vice President Marketing Danone Indonesia Sri Widowati mengatakan bahwa Aqua memastikan sumber air hingga kehigienisan produknya aman sesuai dengan disampaikan di atas.
“AQUA berasal dari 19 pegunungan terpilih yang telah melewati 9 kriteria, 5 tahapan, serta minimal 1 tahun penelitian. Pemilihan sumber air AQUA juga didukung oleh pakar dari lintas-keilmuan, yaitu geologi, hidrogeologi, dan geofisika, serta didukung oleh laboratorium di Perancis dan Jerman, dipilih secara ketat melalui lebih dari 600 parameter sehingga mengandung mineral alami dan diproses tanpa tersentuh tangan manusia untuk menjaga kemurniannya, sehingga rasanya yang dingin alami tanpa didinginkan,” ucapnya.
Terakhir, Jurnalis Senior Najwa Shihab mengajak agar masyarakat lebih peduli terhadap kualitas air yang dikonsumsi. Pasalnya, hal itu berpengaruh besar terhadap kesehatan.
“Karena pentingnya peran air bagi kesehatan—baik jangka pendek maupun jangka panjang—konsumen perlu kritis dan mencari tahu tentang kualitas air yang mereka konsumsi dengan memperhatikan dari mana air bersumber dan juga memperhatikan faktor keberlanjutan yang erat kaitannya dengan menjaga kualitas dan kuantitas air," ungkapnya.
"Konsumen masa kini, terutama kaum muda, menyebutkan bahwa dampak lingkungan menjadi perhatian mereka untuk memilih sebuah produk, termasuk air minum,” tandas Najwa.