ikn

Mengenal Kopi Liberika Sepaku Asal IKN, Berawal dari Transmigrasi Tahun 1977

Kamis, 25 Juli 2024 | 13:33 WIB
PELUANG: Kunjungan calon investor asal Korea ke IKN, menyempatkan diri melihat produksi Kopi Liberika Sepaku. (ISTIMEWA)

Oleh: Suyanto, warga Tengin Baru, Sepaku

PROKAL.CO-Pada 1977 sekelompok warga dari Jawa mengikuti program transmigrasi.

Mereka saat itu ditempatkan di Dusun Patok 70, Desa Sepaku 3 (saat ini menjadi Desa Tengin Baru), Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).

Program transmigrasi dari pulau Jawa ke pulau Kalimantan saat itu diikuti warga dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Dimulai tahun 1977 yang tersebar ke desa-desa di Kecamatan Sepaku yang saat ini menjadi Ibu Kota Nusantara (IKN).

Pilihan orang tua kami dulu menjadi transmigran menjadi keputusan yang tepat saat itu, yang dirasa saat ini menjadi rejone jaman artinya jaman sekarang yang lebih sejahtera dan makmur.

Seperti cerita Pak Sadi. Pria dengan gaya bicara yang lugas itu keseharian dulu adalah petani merica.

Menurutnya keberhasilan terbaiknya adalah saat tahun 1998, ketika harga merica per kilogramnya Rp 150 ribu. Dan saat susahnya, pernah dihargai Rp 10 ribu per kilogram.

Tak hanya merica. Transmigran lainnya, yang berasal dari Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Bu Sarmi, mengembangkan komoditas lain.

Tetangga di sebelah rumah saya dulu waktu kecil itu mengembangkan kopi dan kakao.

Benih kopi dari Pacitan itu dibawa oleh Mbah Boinah yang merupakan orangtua dari Bu Sarmi. Benih kopi yang bisa tumbuh dan berbuah di daerah Sepaku.

Dulu ada dua jenis kopi disebutnya kopi kecil dan kopi besar. Menurut informasi sekarang yang beredar di dunia maya kopi kecil adalah jenis kopi robusta dan kopi besar adalah jenis liberika.

Selanjutnya saya akan selalu sebut jenis kopi ini adalah dengan Kopi Liberika Sepaku.

Mbah Boinah dulu bekerja sebagai dukun bayi yang selalu menolong ibu yang akan melahirkan.

Halaman:

Tags

Terkini