• Senin, 22 Desember 2025

Tekan Sampah Makanan di Berau

Photo Author
- Selasa, 5 Desember 2023 | 12:15 WIB
SOSIALISASI GSP: Dinas Pangan Berau melaksanakan Sosialisasi Gerakan Selamatkan Pangan untuk mencegah timbulnya Food Loss dan Food Waste di Kabupaten Berau.
SOSIALISASI GSP: Dinas Pangan Berau melaksanakan Sosialisasi Gerakan Selamatkan Pangan untuk mencegah timbulnya Food Loss dan Food Waste di Kabupaten Berau.

TANJUNG REDEB – Setiap tahunnya Indonesia menghasilkan sampah makanan yang jika dikonversikan jadi rupiah nilainya mencapai Rp 330 triliun. Dari total tersebut, di Kalimantan Timur mencapai Rp 1,62 triliun.

Produksi pangan yang dihasilkan di Kaltim setiap tahun sebanyak 125 ton sedangkan angka kehilangan pangan yang terjadi sebanyak 124 ton, antara produksi dan kehilangan pangan hanya berselisih 1 ton.

Mengatasi isu tersebut, Dinas Pangan Berau melaksanakan Gerakan Selamatkan Pangan (GSP) untuk menekan angka Food Loss dan Food Waste di Kabupaten Berau pada Senin (4/12).

Kepala Dinas Pangan Berau, Rakhmadi Pasarakanmengatakan saat ini sudah ada Surat Edaran dengan Nomor Surat 526/607/DP/KPP per tanggal 7 Agustus 2023 tentang penyelamatan pangan.

“Jadi kegiatannya adalah sosialisasi, untuk Berau sendiri, pertama kami lakukan. Kami sudah mempunyai Surat Edaran Bupati Berau tentang penyelamatan pangan,” ujarnya. Langkah pembentukan Surat Edaran Bupati menjadi penguatan untuk regulasi. Ini merupakan strategi yang dijalankannya.

Dalam sosialisasi juga dilibatkan Kepala Dinas Pangan dan Tanaman Pangan Hortikultura Kaltim, Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi, Badan Pangan Nasional, Founder Food Bank Indonesia serta DLHK Berau.

“Nah itu merupakan strategi untuk menguatkan regulasi dalam rangka mencegah Food Loss dan Food Waste ini,” terangnya.

Hal ini juga menjadi langkah antisipasi dalam mencegah terjadinya krisis pangan dengan cara penyelamatan pangan itu sendiri. Sebab saat ini serta berdasarkan para pembicara, banyak terjadi kehilangan pangan yang berasal dari food loss dan food waste.


“Dalam rangka antisipasi krisis pangan, jadi upayanya yaitu dengan penyelamatan pangan,” jelasnya. Sebagian besar atau di atas 50 persen sampah itu berasal dari sisa makanan. Terdapat beberapa jenis kegiatan yang berpotensi menghasilkan sampah pangan. Misalnya kegiatan perusahaan, atau kegiatan pernikahan yang menyuguhkan makanan bagi tamu undangannya. Hal itu katanya menjadi salah satu penyumbang sampah makanan.

“Kami sudah buat regulasi, kemudian tinggal penyebaran informasi dan penyediaan platformnya,” terangnya. Makanan yang berpotensi jadi sampah makanan sebenarnya bisa diselamatkan. Misalnya disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Termasuk pangan yang berada di toko-toko, jika tidak habis maka akan menjadi sampah makanan.

“Sehingga bisa kita salurkan kepada mereka yang membutuhkan. Bagaimana pola kita jangan boros pangan, demikian juga toko-toko yang jualan makanannya mau kedaluwarsa perlu secepatnya disalurkan,” terangnya.

Sehingga ke depan, pihaknya akan merancang satu wadah yang nantinya bisa menampung makanan untuk disalurkan. Misalnya bisa bekerja sama dengan Food Bank Indonesia untuk membuka perwakilan atau membentuk komunitas dengan tujuan sejalan.

“Harapannya nanti ada seperti itu, ada juga Food Bank Indonesia itu nanti bisa buka cabang di Berau atau membuat organisasi sendiri,” pungkasnya.(sen/arp/adv)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: rahman-Rahman Hakim

Tags

Rekomendasi

Terkini

X