• Senin, 22 Desember 2025

Cegah Difteri Paling Efektif lewat Vaksin

Photo Author
- Selasa, 19 Desember 2023 | 07:48 WIB
Garna Sudarsono
Garna Sudarsono

TANJUNG REDEB - Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Berau, Garna Sudarsono, mengakui ada satu warga di Kelurahan Rinding, Kecamatan Teluk Bayur, suspek difteri.

Ia menjelaskan, kejadian tersebut sudah satu bulan, namun baru dilaporkan. Saat tim surveilans Dinkes Berau melakukan pendataan, pihak keluarga menolak dan mengaku bahwa anaknya tersebut hanya terkena radang tenggorokan.

"Jadi agak susah, karena keluarga menolak. Tapi kami terus lakukan pendataan ke sekolah dan lingkungan sekitar," katanya.

Minimnya kasus yang terdata dilanjutkan Garna, hingga kini difteri di Berau belum masuk Kejadian Luar Biasa (KLB). "Belum, karena baru satu. Dan hasil lainnya negatif," ujarnya.

Dijelaskan Garna, difteri merupakan infeksi serius pada hidung dan tenggorokan yang mudah dicegah dengan vaksin. Difteri adalah penyakit menular yang dapat disebarkan melalui batuk, bersin, atau luka terbuka. Gejalanya termasuk sakit tenggorokan dan masalah pernapasan.

Penyebab utama difteri adalah infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta dapat memengaruhi kulit.

"Penyebarannya mudah sekali. Kan kalau divaksin, itu butuh anggaran besar. Makanya masih menunggu ini," paparnya.

Dilanjutkan Garna, penyakit ini dapat menyerang orang-orang dari segala usia dan berisiko menimbulkan infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa. Pengobatannya meliputi antibiotik dan antitoksin untuk mematikan bakteri. Salah satu langkah pencegahan difteri yang paling efektif adalah mendapatkan vaksinasi difteri.

Infeksi ini juga bebernya dapat menular melalui partikel di udara, benda pribadi, peralatan rumah tangga yang terkontaminasi, serta menyentuh luka yang terinfeksi kuman difteri.

Selain penularan difteri, juga bisa terjadi melalui air liur seseorang. Bahkan jika orang yang terinfeksi tidak menunjukkan tanda atau gejala difteri, mereka masih dapat menularkan bakteri hingga enam minggu setelah infeksi awal.

Bakteri paling sering menginfeksi bagian hidung dan tenggorokan. Setelah menginfeksi, bakteri melepaskan zat berbahaya yang disebut racun yang kemudian menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan lapisan abu-abu tebal.

Lapisan ini umumnya terbentuk di area hidung, tenggorokan, lidah dan saluran udara. Dalam beberapa kasus, racun ini juga dapat merusak organ lain, termasuk jantung, otak, dan ginjal, sehingga berpotensi menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa. "Risiko terbesar kematian," katanya.

Risiko penularan difteri tambahnya, meningkat pada orang-orang yang belum mendapatkan vaksinasi. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko penularan yaitu berkunjung ke daerah dengan cakupan imunisasi difteri yang rendah. Sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti penderita HIV/AIDS. Gaya hidup yang tidak sehat, lingkungan dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk, anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang tua di atas usia 60 tahun, tinggal di pemukiman padat penduduk, bepergian ke daerah yang tinggi kasus penyakit ini.

"Umumnya gejala penyakit difteri akan muncul 2–5 hari setelah seseorang terinfeksi bakteri Corynebacterium diphteriae. Setelah itu, bakteri menyebar ke aliran darah dan menimbulkan berbagai gejala," tutupnya. (hmd/sam/adv)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: rahman-Rahman Hakim

Tags

Rekomendasi

Terkini

X