• Senin, 22 Desember 2025

Rafflesia Ditemukan di Hutan Teluk Sumbang

Photo Author
- Senin, 4 Februari 2019 | 13:44 WIB

BIDUKBIDUK – Bunga langka yang diduga Rafflesia ditemukan di Kampung Teluk Sumbang, Kecamatan Bidukbiduk.

Disampaikan Ronald Lolang, warga setempat, penemuan bunga yang diduga Rafflesia tersebut ditemukan oleh Jumrie, yang merupakan pimpinan Lamin Guntur Eco Lodge bersama dua anak muda dayak basap yakni, Tui dan Berlie. 

"Penemuannya itu seminggu yang lalu, atau tepatnya hari Selasa (29/1) lalu di hutan yang ada di belakang lamin guntur eco lodge," ungkapnya pada Berau Post, Minggu (3/2).

Lebih lanjut dikatakannya, penemuan bunga bangkai tersebut eks HPH dari perusahaan perkayuan milik PT Daisy Timber. Kawasan hutan juga direncanakan akan dilakukan konservasi lantaran mengandung berbagai macam fauna dan satwa endemik. 

"Selain menjadi lokasi tumbuhnya bunga Rafflesia, banyak sekali beruang madu dan berbagai jenis kijang serta bekantan. Ada juga kuau raja (Merak Kalimantan) dan beberapa jenis burung enggang atau rangkok," tuturnya. 

Bahkan, pihaknya berencana dalam waktu singkat, bersama dengan sejumlah elemen masyarakat lainnya, akan membuat ekspedisi kecil untuk mencari orangutan. Apalagi, beberapa warga asli Teluk Sumbang pernah mendapati orangutan berkeliaran di sekitar wilayah tersebut.

Dalam melakukan kegiatan ekspedisi itu, pihaknya akan mendatangkan ahli dari Taman Nasional Kutai (TNK) yang sudah berpengalaman dan memahami kehidupan orangutan

"Hutan kita juga pernah didatangi oleh dua ilmuwan Belanda, dari Universitas Wageningen yang mempelajari biota hutan, dan menemukan Glowing Mushroom (jamur yang pada malam hari menyala)," bebernya. 

Tak hanya itu saja, belum lama ini, Kampung Teluk Sumbang juga didatangi oleh Profesor Rene van Berkel (pengajar ITB) beserta istrinya DR. Zahira (pengajar UGM) yang dimana keduanya merupakan ahli lingkungan. Kedatangan dua orang ahli tersebut, kata Roland, lantaran tertarik dengan wilayah Sigending dan Talisapan, yang ternyata lokasi tersebut merupakan tempat penyu mencari makan dan tempat kawin. 

"Memang tempat kita itu luar biasa. Kami sebut The Hidden Paradise. Sementara oleh DR Eko Haryono ahli karst dari UGM, tempat kita disebut punya Trisula Emas. Yang artinya adalah, ada pegunungan karst, hutan dan laut, yang karangnya tidak kalah dengan Maratua dan Derawan," tandasnya. 

Dengan masih banyaknya flora dan fauna endemik di wilayah tersebut, maka dirinya berharap, Pemerintah Kabupaten Berau dapat mendukung dengan cara membantu melakukan  konservasi. Apalagi, hanya hutan tersebut yang masih tersisa yang menjadi tempat perlindungan dari sejumlah flora dan fauna yang terbilang sudah langka. 

"Di Utara ada Berau Coal di Selatan ada KPC (Kutim) dan dibarat penuh dengan kebun sawit. Jadi hutan kita itu bukan lagi The Hidden Paradise, tapi menjadi The Last Paradise. Jadi hutan itu mutlak harus dikonservasi," tutupnya. (*/sht/app) 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

X