• Senin, 22 Desember 2025

Redenominasi, Cerita Lama Bersemi Kembali

Photo Author
- Jumat, 30 Juni 2023 | 00:09 WIB
-
-

PERNAH mendengar kata redenominasi? Ada yang belum ada yang sudah. Ya beberapa hari ini kembali kita disuguhkan berita tentang redenominasi. Meski tidak sampai viral tapi istilah ini wajib dipahami oleh publik sebagai bagian dari literasi keuangan.

Secara umum literasi keuangan itu sendiri berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam mengelola dan memanfaatkan keuangan secara maksimal, agar mampu mengambil sikap dan keputusan keuangan secara bijak dan cerdas.

Sementara, redenominasi adalah kebijakan penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya. Artinya, redenominasi rupiah adalah menyederhanakan nilai rupiah misalnya, tiga nol di belakang dikurangi sehingga uang yang semula Rp 1.000,- menjadi Rp 1,- , atau Rp 100.000,- menjadi Rp 100,- begitu seterusnya.

Menurut bank sentral kita, Bank Indonesia (BI), kebijakan redenominasi akan menyederhanakan sistem akuntasi dalam sistem pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian. Benarkah demikian?

Lebih lanjut BI menjelaskan, jika diputuskan redenominasi terhadap rupiah, tiga nol di belakang dikurangi maka dampaknya yang diharapkan adalah membuat mata uang rupiah akan lebih efisien, makin berdaulat, bergengsi, sejajar dengan mata uang dunia lain, dan menjadi lebih simpel.

Redenominasi juga untuk kecepatan waktu bertransaksi, berkurangnya human eror dan efisiensi pencantuman harga barang dan jasa karena sederhananya jumlah digit uang rupiah serta untuk menyederhanakan sistem transaksi, akuntansi, dan pelaporan anggaran karena berkurangnya jumlah digit rupiah tadi. Pendeknya akan terjadi kecepatan atau efisiensi dalam bertransaksi.

Meski begitu, dalam setiap kebijakan selalu terdapat sisi positif dan negatif, begitu juga redenominasi tentu berdampak seperti biaya yang cukup besar untuk pencetakan uang tersebut. Biaya sosialisasi, dan kecakapan pemilihan timing yang tepat. Jika salah  maka dampaknya mungkin saja negatif, seperti inflasi akan melonjak.

Dampak lain yang bisa saja muncul justru paling berat adalah dampak psikologis masyarakat yang merasa uang yang dimilikinya menjadi ‘berkurang’ secara drastis dan tiba-tiba. Misalnya saja, saat ini anda menerima pendapatan sebulan Rp 30 juta, lalu karena ada redenominasi maka bulan depan anda akan menerima pendapatan ‘hanya’ Rp 30.000,-  saja, meskipun ini tidak ‘mengurangi’ nilai mata uang tadi. Bagaimana, anda siap, hehehe...

Belum lagi anda yang mempunyai simpanan dana misalkan Rp 100.000.000,- dengan adanya redenominasi maka simpanan tersebut menjadi ‘hanya’ Rp 100.000,-.Termasuk pedagang akan mengalami ‘penurunan’ harga barangnya yang jauh berbeda dari harga beli sebelumnya.

Dampak psikologis seperti ini yang mesti diperhitungkan dan dikelola dengan sebaik-baiknya agar jika nantinya kebijakan redenominasi benar-benar diputuskan, maka tidak menimbulkan kebingungan dan bahkan kepanikan di tengah-tengah masyarakat. Dampak inilah yang harus dicermati baik-baik sebelum redenominasi diputuskan.

Terlepas dari itu semua, ingatkah kita bahwa redenominasi ini ibarat cerita romantis seperti halnya judul film jaman old, CLBK : “ Cinta Lama Bersemi Kembali.” Mengapa dikatakan cinta lama? Ya, karena sebenarnya redenominasi ini sudah direncanakan sejak 13 tahun yang lalu oleh Gubernur BI pada waktu itu, Agus Martowardoyo. Nampaknya memasuki tahun politik kali ini, rencana redenominasi tak ubahnya seperti “Cerita Lama Bersemi Kembali”. Cerita redenominasi yang bikin kepo sekaligus bikin baper. Bagaimana menurut Anda ?

Semangat pagi...Salam sehat...Salam Literasi. (*/arp)

*) Pustakawan

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

X