TANJUNG REDEB – Kepala Bagian (Kabag) Ekonomi, Sekretariat Kabupaten (Setkab) Berau, Kamaruddin memastikan pasokan gas melon di Berau aman.
Tidak seperti di daerah lain, ia mengatakan, keberadaannya masih mudah untuk ditemui. Meskipun sempat terjadi keterlambatan pengiriman, namun hal tersebut tidak menjadi masalah berarti.
“Saya lagi dinas luar. Tapi saya telpon staf saya tadi. Katanya masih aman untuk stok, dan tidak ada kelangkaan,” paparnya.
Dijelaskan Kamaruddin, memang untuk daerah pesisir agak terkendala pendistribusiannya. Karena, konsentrasi kendaraan terpecah. Yakni truk pembawa elpiji tidak bisa melewati jalur umum, karena difokuskan untuk kendaraan kecil, sehingga harus mengantre di jalur lain, untuk bisa ke pesisir.
“Iya itu saja kendalanya. Tapi kami upayakan cepat sampai, dan tidak ada kenaikan harga,” bebernya.
Ia mengatakan, meskipun ada kendala karena penutupan Jembatan Sambaliung, namun untuk harga belum ada kenaikan, masih seperti tahun lalu.
“Tidak ada kenaikan, HET juga masih dibahas sampai saat ini. Jadi masih pakai harga lama,” ucapnya.
Dengan pasokan 6.433 ribu metrik ton atau setara dengan 2 juta 144 ribu tabung. Jumlah itu menurutnya sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat Berau. Saat ini terdapat enam agen yang tersebar di wilayah Berau. Dengan dibantu keberadaan Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE).
“(SPBE) sudah ada, tapi tetap masuk dari luar daerah, karena hanya mampu memenuhi kebutuhan 25 persen saja,” katanya.
Ia melanjutkan, untuk harga eceran tertinggi (HET) tergantung zonanya masing-masing. Hal Ini sesuai dengan keputusan Bupati Berau nomor 661 tahun 2019 tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati Berau nomor 274 tahun 2016 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Refill Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram Untuk Keperluan Rumah Tangga dan Usaha Mikro Sebagai Penganti Pengguna Minyak Tanah di Kabupaten Berau. Jarak tempuh yang dilalui membuat harga berbeda. Sesuai dengan kalkulasinya. Hingga kini, untuk HET tertinggi yakni di Maratua, mencapai Rp 40 ribu. “Belum diterapkan untuk HET terbaru,” paparnya.
Ia menambahkan, kebutuhan elpiji di Berau, memang belum ada perubahan. Terlebih dengan masuknya SPBE di Berau. Sehingga diharapkan bisa beroperasi secara maksimal, untuk menghindari kelangkaan elpiji.
Dengan adanya SPBE, ia menilai masih belum bisa meng-cover 100 persen kebutuhan elpiji di Bumi Batiwakkal. Sehingga jika ada keterlambatan pengiriman, tentu berpengaruh kepada keberadaan elpiji di Berau.
“Ya benar ini yang masih menjadi PR, bagaimana mengantisipasi keterlambatan tersebut,” pungkasnya. (hmd/arp)