TANJUNG REDEB – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Berau tergolong cukup tinggi. Bahkan dalam beberapa pekan ini, titik hotspot yang terpantau cukup banyak.
Beruntungnya kata Kepala Cabang Pembantu Airnav Berau, Muhammad Iwan, musibah itu tidak membuat jarak pandang tertutup, yang dampaknya bisa pada terganggunya aktivitas penerbangan di Bandara Kalimarau.
Jarak pandang saat ini pun menurutnya masih cukup aman, yakni di angka 9.000 meter. “Saat ini saya sudah konfirmasi ke BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), di pukul 15.00 wita tadi (kemarin, red), jarak pandang masih aman,” jelasnya, Senin (14/8).
Dari pagi sampai siang, penerbangan pun masih beroperasi dengan normal, dan tidak ada kendala. Bahkan, tidak terdeteksi asap di landasan Kalimarau. “Jika visibility (jarak pandang) di bawah 3.500 meter, baru lah penerbangan akan ditutup sementara, karena sudah tidak aman,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, separasi minimum sejatinya adalah jarak selamat terdekat antar 2 pesawat atau lebih yang harus tetap dipertahankan, yang kemudian dibuat menjadi standar keselamatan. Ketentuan ini adalah aturan internasional yang diberlakukan terhadap 2 atau lebih pesawat yang mendekat agar terhindar dari pengaruh gelombang massa udara turbulen (wake turbulence, red) yang diakibatkan oleh pesawat di depan atau di atasnya. Pelanggaran atau tidak terpenuhinya ketentuan itu dapat berakibat seberat-beratnya adalah terjadinya sebuah kecelakaan fatal, atau seringan-ringannya adalah sebuah insiden. “Pastinya kami menghindari hal yang tidak diinginkan, jika memang tidak layak, tentu kami akan delay sementara atau tutup,” tambahnya.
Terpisah Forecaster atau Peramal Cuaca BMKG Berau, Reygik Riskianera Himawan, mengatakan, di Agustus saja pihaknya memantau terdapat sekitar 30 titik karhutla dengan 60 hektare lahan yang terbakar. Untungnya hingga kini kabut asap di Berau belum terdeteksi, sehingga untuk jalur udara masih aman untuk penerbangan. “Sampai saat ini belum ada (terdeteksi, red),” paparnya.
Katanya, walau ada peningkatan jumlah titik panas di Berau di bulan Agustus, namun bisa saja titik panas yang terbaca di citra satelit bukan saja dari karhutla, bisa juga berasal dari batu bara, seng warga yang panas terik, dan lainnya. Tidak selalu tentang Karhutla.
“Jadi ada beberapa peningkatan memang. Namun bukan berasal dari karhutla saja,” tutupnya. (hmd/sam)