• Senin, 22 Desember 2025

Musim Panas Ekstrem di 2023,Jadi Faktor Utama Karhutla Tinggi di Berau

Photo Author
- Jumat, 5 Januari 2024 | 21:27 WIB
PADAMKAN KARHUTLA: Anggota BPBD Berau berupaya memadamkan karhutla yang terjadi beberapa waktu lalu.
PADAMKAN KARHUTLA: Anggota BPBD Berau berupaya memadamkan karhutla yang terjadi beberapa waktu lalu.

TANJUNG REDEB - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau mencatat selama periode 2023, terjadi 111 musibah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Berau. Dengan luasan area yang terbakar mencapai 306 hektare.

Dijelaskan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Berau, Nofian Hidayat, ada beberapa kecamatan yang kerap mengalami musibah karhutla. Seperti di Teluk Bayur, tepatnya di Labanan Jaya dan Labanan Makmur. Kemudian di Kelay, dan Segah serta Tanjung Batu dan di area Tabalar.

"Karena kemarin musim panas cukup ekstrem,” katanya. Untuk kerugian material, diperkirakan mencapai puluhan miliar rupiah akibat karhutla.

Lanjut Nofian, jumlah itu meningkat dibandingkan angka karhutla pada 2022 lalu yang sebanyak 34 kasus, dengan luas lahan terbakar mencapai 87,5 hektare.

Suhu panas ekstrem dan juga masih banyaknya lahan gambut di Bumi Batiwakkal, menurutnya menjadi faktor penyumbang dalam terjadinya karhutla. Di sisi lain, membuka lahan dengan cara dibakar juga menjadi salah satu penyumbang.

“Untuk persoalan cuaca cukup besar menjadi penyebab karhutla, mencapai 70 persen,” ungkapnya.

Dikatakannya, kesadaran masyarakat sejak kejadian kebakaran hutan dan lahan pada beberapa tahun silam, yang membuat dunia pendidikan dan penerbangan terpaksa tutup, terus membaik. Sebagian, masyarakat tidak lagi membuka lahan dengan cara dibakar.

“Kejadian 2015 lalu, benar-benar parah. Masyarakat akhirnya sadar risiko yang harus ditempuh,” tegasnya.

Nofian juga mengimbau seluruh elemen masyarakat, untuk menghindari kebakaran pada rumah maupun lahan, agar selalu memperhatikan saat hendak bepergian.

Ia mencontohkan, untuk perumahan sebaiknya sebelum meninggalkan rumah, agar melakukan pengecekan terhadap listrik yang masih tercolok, maupun kompor.

Untuk masyarakat yang ingin membuka lahan, sebaiknya dengan cara dirintis bukan dibakar, dikhawatirkan, jika cara membakar dan api ditinggalkan, akan membakar lahan yang lainnya.

“Biasanya pembukaan lahan itu musim panas, embusan angin bisa membawa bara api ke lahan yang kering,” bebernya. (hmd/arp)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

X