TANJUNG REDEB - Selain di Tepian Ahmad Yani, layanan WiFi gratis milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau juga dikeluhkan Kepala Kampung Tabalar Ulu, Derviansyah.
Dikatakannya, WiFi yang terpasang di kampungnya, tidak bisa digunakan maksimal. Kualitas jaringan yang diberikan menurutnya sangat lambat. Padahal, keberadaan WiFi gratis tersebut sangat diharapkan untuk membantu masyarakat Tabalar Ulu yang saat ini diakuinya, kesulitan jaringan telekomunikasi.
Disebutnya, ada lima titik WiFi yang dipasang di Tabalar Ulu. Yakni di perkantoran, sekolah, dan ruang publik. Namun kapasitas yang diberikan menurutnya tidak cukup meng-cover kebutuhan masyarakat. Belum lagi, kendala listrik yang kerap padam, membuat fasilitas WiFi gratis makin tidak bisa digunakan.
"Sudah beberapa bulan ini tidak bisa dipakai sejak dipasang pada Agustus 2023," ungkapnya, beberapa waktu lalu.
Dijelaskan, di Tabalar juga ada tower, tapi tidak berfungsi dengan baik. Pihaknya berharap, semua fasilitas yang ada bisa dimanfaatkan dengan baik. Termasuk penambahan kapasitas WiFi, dan keberadaan tower yang sudah ada.
"Untuk memaksimalkan semua itu, apakah kami dari kampung harus menyiapkan sesuatu atau bagaimana?" tanyanya. Sebab, dirinya mengaku kasihan dengan masyarakatnya. Terutama para petani dan pekebun maupun pelaku UMKM. Karena, setiap akan melakukan transaksi harus mencari jaringan lagi.
"Kendalanya sangat terasa sekali minimnya jaringan telekomunikasi di kampung kami," pungkasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kabid Penyelenggara E-Government, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Berau, Rahmatia, membantah jika jaringan WiFi di Kampung Tabalar Ulu tidak bisa digunakan selama berbulan-bulan. Dikatakannya, sambungan WiFi di Tabalar tidak ada masalah. Walau, diakuinya sambungan WiFi sempat terputus satu hari, pada 6 Desember 2023 lalu. Lantaran, kabel powernya dicabut. Masyarakat tidak mengetahui bahwa ketika power dicabut berimbas pada perangkat jaringan.
“Jadi itu tidak benar (WiFi tidak bisa digunakan), karena hanya satu hari pada 6 Desember 2023 saja,” tegasnya.
Pihaknya juga sudah mendukung pemasangan WiFi gratis dengan menggunakan baterai 100Ah dan dua solar panel. Pada saat baterai habis, salah satu warga menawarkan listriknya untuk dipakai. Dengan catatan kepala kampung yang lama akan memberikan kompensasi kepada warga tersebut.
“Kepala kampung yang lama memberikan kompensasi kepada warga yang ditumpangi. Tapi sepertinya kepala kampung yang baru tidak tahu,” ucapnya.
“Mungkin terjadi kesalahpahaman sampai powernya dicabut. Jadi sempat mati satu hari,” sambungnya.
Dijelaskannya, selama ini pihaknya memiliki sistem untuk memantau program 1.000 titik WiFi tersebut. Sehingga, jika ada titik WiFi yang mati, akan langsung ketahuan. Dan pihaknya tidak akan membiarkan WiFi mati selama berbulan-bulan.
“Setelah ada laporan kami pasti langsung mengecek kondisi di lapangan. Saat ini kondisi di Tabalar Ulu juga sudah diperbaiki dan WiFi sudah bisa dipakai kembali,” urainya. (*/aja/udi)