• Senin, 22 Desember 2025

Mencicipi Ipau, Hidangan Unik untuk Berbuka Puasa, Khas Banjarmasin, Hanya ada saat Ramadan 

Photo Author
- Senin, 18 Maret 2024 | 19:47 WIB
KHAS RAMADAN: Siti Musriani menunjukkan ipau, kuliner khas Banjarmasin yang hanya dibuatnya saat Ramadan.
KHAS RAMADAN: Siti Musriani menunjukkan ipau, kuliner khas Banjarmasin yang hanya dibuatnya saat Ramadan.

 

 

Tampilannya berlapis mirip lasagna. Berlapis-lapis. Isinya bermacam-macam. Rasanya gurih dan sedikit manis. Nikmat disantap ketika kondisi hangat.

 

M RIDHUAN, Balikpapan

 

NAMANYA Ipau. Kuliner ini berasal dari wilayah Kalsel. Tepatnya di Banjarmasin. Tidak ada referensi kuat dari mana asal nama ini berasal. Konon, Ipau berasal dari nama orang yang pertama kali membuatnya. Di daerah asalnya, ipau banyak dibuat oleh warga keturunan Arab. Hingga ada asumsi, ipau adalah bentuk penyimpangan dari bahasa Arab 'Upuu' yang berarti 'iris' atau 'kerat'. Sesuai dengan bagaimana hidangan ini disajikan.

Baik di wilayah asalnya atau di daerah lain, ipau disebut sangat langka. Hidangan ini bisa diklaim hanya muncul saat Ramadan. Di Balikpapan, ada salah satu warga di Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan Utara yang membuatnya. Namanya Siti Musriani. Perempuan yang November nanti genap berusia 60 tahun. Sudah sejak 2016 dirinya melakoni pembuatan ipau setiap Ramadan.

“Resep ini saya dapat dari keluarga saya di Banjarmasin. Waktu Lebaran silaturahmi ke sana. Saya coba buat sendiri di rumah terus saya bagikan ke keluarga di sini (Balikpapan). Katanya enak. Sama anak saya disuruh jualan,” ucap Siti.

Ipau mirip lasagna dari Italia. Dibuat dari banyak lapisan berbahan dasar tepung dan telur. Di antara lapisan tersebut, diisi berbagai sayuran dan daging. Rasa ipau lebih ke gurih. Ini karena ipau direndam dengan santan. Ada sedikit rasa manis dan aroma bumbu dari rempah-rempah. Ipau buatan Siti sendiri dominan di isi oleh makaroni. Ada pula irisan telur rebus.

“Saya buat berdasarkan pesanan. Mulanya dari mulut ke mulut. Lalu, anak saya bantu pasarkan lewat media sosial. Awal jualan itu hanya bikin yang ukuran besar (diameter 22 cm). Tetapi, tiga tahun terakhir saya juga buat yang ukuran kecil (diameter 14 cm),” ungkap Siti.

Siti sendiri tidak membatasi berapa banyak pesanan yang masuk. Namun, akan ditolak jika bahan pada hari itu habis. Dirinya menyebut, bagi yang memesan pada pagi hari, maka ipau akan diantar pada sore hari. Tetapi kalau pesan sore, hanya bisa diantar pada keesokan harinya. Karena kesibukannya, Siti pun biasa menghentikan pemesanan jika sudah memasuki H-7 Idulfitri.

“Saya juga buat kue kering soalnya,” kata pemilik merek “Kue Ninik” tersebut. Selain membuat kue, Siti juga disibukkan dengan pesanan menjahit pakaian.

Untuk diketahui, ipau tergolong kuliner yang diakui resmi oleh pemerintah daerah asalnya. Bahkan telah ditetapkan dalam SK Wali Kota Nomor 811/2017. Pada 16 Desember 2017 lalu, diselenggarakan acara Festival Kuliner Wadai Khas Banjar di Banjarmasin. Di mana salah satu rangkaian acaranya adalah Parade 1.000 Wadai Ipau. Hal ini membuat Banjarmasin mendapatkan penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (Leprid). (ms/k15)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Rekomendasi

Terkini

X