Prokal.co - SELURUH wilayah Kaltim diperkirakan dilanda hujan lebat hingga sepuluh hari ke depan. Prakiraan hujan lebat itu mengacu pada tinjauan parameter Iklim secara umum/global/regional.
Dalam keterangan resminya, Jumat (31/5), Kepala Seksi Data dan Informasi (Kasi Datin) Stasiun Meteorologi (Stamet) SAMS Sepinggan Balikpapan Diyan Novrida menyampaikan, dari hasil monitoring El Nino Southern Oscillation (ENSO) Dasarian III Mei 2024, menunjukkan indeks ENSO berada pada +0.21 atau netral.
ENSO adalah fenomena iklim alami berskala besar yang melibatkan fluktuasi suhu lautan di Pasifik Khatulistiwa tengah dan timur. Ditambah dengan perubahan atmosfer di atasnya.
Kemudian Indian Ocean Dipole (IOD) atau perbedaan suhu permukaan laut antara dua wilayah. Yaitu Laut Arab (Samudera Hindia bagian barat) dan Samudera Hindia bagian timur di selatan Indonesia sebesar +0.51 atau IOD Netral.
“Indeks ENSO diprediksi bertahan netral pada Mei–Juli 2024. Sementara IOD positif diprediksi berlangsung hingga September 2024,” katanya.
Dengan demikian, diperkirakan pada 1–10 Juni, terdapat potensi hujan lebat pada hampir seluruh wilayah Kaltim. Di mana prakiraan cuaca pada 1–3 Juni terdapat potensi hujan lebat di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), dan Kota Samarinda. Sementara periode 4–6 Juni 2024, diperkirakan terdapat potensi hujan lebat masih di Kabupaten Mahulu, Kabupaten Kubar, Kabupaten Kukar, ditambah dengan Kabupaten Paser, dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Kemudian pada periode 7–10 Juni 2024, terdapat potensi hujan lebat di Kabupaten Berau, Kabupaten Kutim, Kabupaten Kubar, dan Kabupaten Berau.
“Kepada masyarakat agar tetap waspada. Terutama masyarakat yang wilayah rumahnya rawan banjir dan tanah longsor. Silakan update informasi mengenai cuaca melalui media sosial, web, dan aplikasi @infobmkg,” pesan dia. Dia juga menyampaikan, saat ini wilayah Indonesia, termasuk Kaltim, berada pada kondisi peralihan dari musim hujan ke musim kemarau hingga beberapa waktu ke depan. Hal ini membuat potensi terjadinya cuaca ekstrem, berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang semakin meningkat. Lanjut dia, pola angin menunjukkan adanya belokan angin (shearline) dan daerah pertemuan angin (konvergensi). “Hal ini pula pemicu terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Dan hal ini dapat disertai petir dan angin kencang sesaat,” tutupnya. (kip/riz/k16)