PROKAL.CO, SAMARINDA-Tirtonegoro Foundation merespons positif kerja sama Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) dengan Keio University melalui program Inbound EBA Kalimantan Fieldwork 2024.
Program ini bertemakan "Re-definisi Kota Berkelanjutan dengan studi kasus di Kalimantan Timur."
Pada Senin (1/7/2024), pukul 17.00 Wita, Yayasan Tirtonegoro menjadi tuan rumah kunjungan yang diisi dengan penjelasan misi kebudayaan serta diskusi.
Sebanyak 20 akademisi hadir, di antaranya, Dr Intan Rizky Mutiaz, wakil dekan Bidang Sumber Daya, FSRD ITB;
Dr Fathima Assilmia, Assistant Professor, Keio University; Dr Leandro Navarro Hundzinski, Assistant Professor, Keio University; Chanon Manee, Chulalongkorn University; dan Chen Zeren, University of Malaya.
Juga Sheikh Raisul Islam, Bangladesh University of Engineering and Technology; Stefhani Alba Siregar, Universitas Syiah Kuala; Muhammad Addeta Rukmadi, Universitas Hasanuddin; dan Dzaki Rafif Malik, Universitas Brawijaya.
Dalam kunjungan itu, Tirtonegoro Foundation memaparkan tentang seni dan budaya di Kalimantan Timur. Diskusi berlangsung hangat.
Sheikh Raisul Islam dari Bangladesh University of Engineering and Technology, bertanya mengenai latar belakang Tirtonegoro Foundation yang memiliki jangkauan luas dan program-program terbarukan.
Dr Rahmad Azazi Rhomantoro, pendiri Tirtonegoro Foundation sekaligus tokoh pemuda bidang seni budaya Provinsi Kalimantan Timur, menjelaskan, dirinya mengawali organisasi sosial ini saat ibunya meninggal.
Dr Rahmad Azazi Rhomantoro, pendiri Tirtonegoro Foundation sekaligus tokoh pemuda bidang seni budaya Provinsi Kalimantan Timur, menjelaskan, dirinya mengawali organisasi sosial ini saat ibunya meninggal.
“Saya ingin di kehidupan selanjutnya ibu saya mendapatkan keberkahan atas program-program ini, dan tentunya menyadarkan pemuda-pemudi kita agar terus bergerak. Saya bersama tim melaksanakan program-program modern kami dengan menciptakan novelty baru dan berkaca pada organisasi dan komunitas di luar pulau,” katanya.
Banyak program yang bisa dilakukan. Seperti festival literasi dan seni budaya Kalimantan Timur, festival pesisir, pemuda inovatif Kalimantan Timur, Anjangseni Tirtonegoro, Eksotika Kalimantan Timur, hingga diskusi rutin dan pertunjukan seni tahunan.
Tirtonegoro Foundation secara konsisten akan terus berusaha menjadi organisasi yang berjuang dengan penuh untuk melestarikan pendidikan kesenian dan kebudayaan di Kaltim.
Kaltim kaya akan seni dan budaya, dengan semangat yang kuat untuk menjaga warisan ini.
Kerja sama antara institusi akademis internasional dan lokal, seperti yang ditunjukkan dalam program Inbound EBA Kalimantan Fieldwork 2024, menunjukkan komitmen bersama untuk menciptakan kota yang berkelanjutan dan menghargai kekayaan budaya daerah ini.
“Tirtonegoro foundation akan terus menunjukkan bahwa melalui kolaborasi dan inovasi, masa depan yang berkelanjutan dan penuh warisan budaya adalah sangat mungkin,” tutur Azazi. (far)