Bendungan Benanga di Kelurahan Lempake, Samarinda Utara, berada di level siaga. Kenaikan debit bendungan disebabkan hujan deras disusul hujan ringan yang terjadi hingga Selasa (9/7) siang kemarin. Situasi ini membuat permukiman warga yang berada di kawasan aliran Sungai Karang Mumus (SKM) terancam banjir.
Dampak dari meningkatnya Tinggi Muka Air (TMA) di Bendungan Benanga langsung dirasakan warga di Perumahan Bengkuring, Sempaja Timur, Samarinda Utara. Belasan rumah kembali terendam banjir.
Baca Juga: Perawatan Jembatan Mahulu, Perangkat Pemantau Keamanan di APBD Perubahan Kaltim
Di wilayah ini sebenarnya diprediksi dapat terbebas dari banjir setelah berbagai upaya normalisasi aliran air dilakukan pemerintah Kota Samarinda. Namun, setelah tiga tahun, banjir kembali datang. Curah hujan membuat kawasan yang tiga tahun lalu selalu jadi langganan banjir, kini kembali tergenang.
Warga sudah merasakan masuknya air ke permukiman mereka sejak Senin (8/7) pagi dan hingga tadi malam terus meninggi. Banjir di lokasi ini cukup membuat kaget warga yang selama ini tenang. Pendi (43), warga Jalan Terong Pipit 7 yang sudah bermukim di wilayah tersebut sejak 2012 mengungkapkan, banjir terakhir terjadi di pada September 2021.
Lantaran menganggap sudah terbebas dari banjir, kali ini tidak ada persiapan yang dilakukan saat air tiba-tiba masuk dan meninggi di permukimannya. Bersama istri dan dua anaknya, dirinya terpaksa bertahan di dalam rumah meski air sudah menggenang.
"Kami tetap bertahan sembari melihat situasi. Jika semakin meninggi, bukan tidak mungkin kami mengungsi," kata Pendi, Selasa (9/7). Pendi melanjutkan, selain kediamannya yang kini terendam banjir, terdapat beberapa rumah lainnya yang merasakan hal sama. Meski begitu, semua warga terdampak banjir ini tetap memilih bertahan.
"Yang terdampak banjir rRata-rata rumah lama. Yang lebih rendah dari jalan. Ada 2 rumah yang saya ketahui sudah terendam banjir," ungkap Pendi. Sementara itu, Lurah Sempaja Timur Yuliani yang memantau kondisi banjir di wilayahnya mengatakan, dari hasil pantau di lapangan.
Setidaknya ada 20 rumah yang rumahnya kemasukan air. Seluruh rumah terdampak banjir ini ada di RT 37 dan 38. "Sementara yang terdampak ini masih bertahan. Dan ada satu rumah terdampak yang penghuninya pulang kampung, sehingga tetangga terdekatnya yang mengawasi," ungkap Yuliani.
Melihat kondisi cuaca, pihaknya mengimbau kepada para ketua RT untuk ikut aktif memantau kondisi warganya. Jika debit air terus meninggi maka segera melaporkan. "Kami berharap air segera surut. Meski demikian kami tetap siaga dan mengimbau warga untuk tetap waspada," tukas Yuliani. (kis/nha)