PROKAL.CO, TANJUNG REDEB – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Berau menyebut saat ini Berau sudah memasuki musim kemarau.
Kepala BMKG Berau, Ade Heryadi, mengatakan meski sudah memasuki musim kemarau tetapi curah hujan masih terbilang tinggi. Pihaknya juga masih terus melakukan pemantauan hingga satu pekan kedepan seperti apa.
“Menurut data yang kami miliki bahwa curah hujan terus berada di bawah 50 mm, maka Kabupaten Berau sudah memasuki musim kemarau. Tetapi, masih terjadi hujan dengan indeks rendah,” ujarnya.
Dirinya pun meminta kepada seluruh masyarakat untuk tetap waspada, salah satunya mengantisipasi terjadinya kebakaran. Memasuki musim kemarau dikhawatirkan terjadi kebakaran permukiman hingga kebakaran lahan.
Sementara untuk gelombang laut masih terbilang aman, namun masyarakat persisir tetap selalu waspada.
Baca Juga: Muluskan Jalan Lenggo-Teluk Sulaiman, Bakal Dongrak Pariwisata di Pesisir Berau
“Kita akan terus update terkait dengan ramalan cuaca di Berau, dan untuk sejauh ini terkait dengan gelombang masih aman namun seketika bisa terjadi gelombang pasang air,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badang Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Nofian Hidayat, mengimbau seluruh masyarakat agar dapat mempersiapkan diri saat beraktivitas di luar ruangan, termasuk melakukan antisipasi potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Pada intinya kita selalu waspada,” tegasnya.
Katanya, upaya pencegahan dini pun perlu dilakukan mengingat embusan angin juga cukup kencang, ditambah nyaris seluruh daerah di Bumi Batiwakkal merupakan lahan gambut.
Baca Juga: Teluk Sulaiman, Gerbang Wisata Pantai yang Tawarkan Keindahan Laut di Berau
“Pencegahan perlu dilakukan, itupun tidak hanya dilakukan dengan menyiapkan sarana dan lain sebagainya, tapi harus juga dimulai dari pencegahan dari individu. Artinya menyosialisasikan kepada masyarakat secara langsung,” bebernya.
Dijelaskannya juga, karhutla menjadi indeks kerawanan tertinggi terjadi dan itu menurutnya berkaca dari peristiwa beberapa tahun lalu.
“Siklusnya sudah diketahui, 2017, 2018, 2019 itu cukup parah, dan kita harus antisipasi agar hal tersebut tidak terjadi,” sebutnya.