Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan memprediksi musim kemarau di Kaltim akan dimulai pada awal Agustus nanti. Tetapi hal itu disebut, tidak merata terjadi di seluruh Kaltim. Sebab ada faktor geografis yang membuat curah hujan berbeda-beda.
Hal itu diungkapkan Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan BMKG Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto. Kata Kukuh, hujan dengan intensitas tinggi masih akan terjadi hingga akhir Juli.
Baca Juga: Hari Ini, BMKG Perkirakan Hujan Deras Disertai Petir Melanda 11 Provinsi, Kaltim Masuk Didalamnya
Pada dasarian I Agustus tepatnya 1-10 Agustus, diprakirakan mulai terjadi kemarau. Diprediksi terdapat 5 wilayah di Kaltim yang akan mengalami awal kemarau, di antaranya: Samarinda, Balikpapan, Penajam Paser Utara (PPU), Kutai Kartanegara (sebagian wilayah) dan Kutai Barat (sebagian wilayah). Meskipun begitu, musim kemarau di Kaltim relatif pendek dan tidak berlangsung selama di daerah lain hingga mencapai enam bulan.
"Bahkan, selama kemarau, beberapa wilayah masih akan mengalami hujan dengan intensitas rendah, " ucapnya. Kukuh menjelaskan hujan pada awal kemarau di Agustus mendatang diperkirakan memiliki intensitas rendah, sekitar 50 milimeter per bulan. Puncak kemarau sendiri diprediksi terjadi pada September dan relatif cukup pendek karena berada di garis ekuator.
Dari data hasil analisis BMKG Stasiun Balikpapan menunjukkan bahwa sepanjang Juni lalu, curah hujan di beberapa wilayah Kaltim memiliki intensitas tinggi, dengan rata-rata 400 milimeter per bulan. Daerah itu meliputi PPU, Samarinda, Balikpapan, Kutai Kartanegara (sebagian wilayah), Kutai Timur dan Kutai Barat (sebagian wilayah).
Lalu pada Juli 2024 akhir, BMKG memprediksi hujan intensitas menengah dengan rata-rata 300 milimeter per bulan diperkirakan terjadi di PPU, Balikpapan, dan Samarinda. BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada terhadap dampak hujan dengan intensitas menengah bulan ini, termasuk potensi tanah longsor, jalan licin, banjir, dan pohon tumbang.
"Masyarakat juga perlu waspada terhadap transisi iklim dari musim hujan menuju musim kemarau karena adanya awan cumulonimbus yang menyebabkan terjadinya hujan lebat disertai petir, angin kencang, hingg puting beliung," pungkasnya. (mrf/nha)