Kabupaten Paser menjadi daerah terbaik kedua di Kalimantan Timur dalam hal penurunan angka stunting dalam setahun terakhir. Pada 2023, angka stunting di Paser tercatat sebesar 24,9 persen, sementara pada 2024 turun menjadi 22,4 persen, mengalami penurunan sebesar 2,5 persen berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Paser, Amir Faisol, menyampaikan hal ini setelah menerima penghargaan mewakili Kabupaten Paser dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur saat Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 tingkat Provinsi Kaltim, di Kota Bontang, pada 23-25 Juli 2024.
Amir menjelaskan bahwa angka stunting di Paser bisa lebih besar penurunannya jika mengacu pada data pengukuran balita di Posyandu. Menurutnya, prevalensi stunting di Paser telah turun signifikan menjadi 13 persen.
"Pemkab Paser sudah mengusulkan kepada Kemenkes untuk menggunakan data riil sebagai penilaian angka prevalensi stunting, bukan survei SKI yang didasari data sampel," kata Amir pada Jumat (26/7).
Kabupaten Paser telah mencapai tingkat pengukuran balita hingga 98 persen, sehingga penilaian stunting bisa menggunakan data riil. Sementara, syarat capaian pengukuran balita minimal adalah 95 persen.
Amir menyebut bahwa jika usulan tersebut diakomodir oleh Kemenkes, maka angka prevalensi stunting di Kabupaten Paser akan turun menjadi 13 persen. Dengan demikian, target penurunan stunting menjadi 14 persen yang ditetapkan Kemenkes secara nasional telah terealisasi.
Tingkat pengukuran balita di Posyandu yang mencapai 98 persen dari jumlah balita sekitar 19 ribu ini juga mendapatkan penghargaan dari Pemprov Kaltim. Angka ini melebihi capaian Pemprov Kaltim yang hanya mencapai 65 persen, mengingat rendahnya capaian pengukuran balita di berbagai daerah lain di Kaltim. (jib)