Untuk mengatasi krisis air baku ini, Perumda Tirta Manuntung tidak hanya menggantungkan solusi pada waduk yang ada. Yudi menjelaskan bahwa pihaknya juga sedang mengkaji beberapa alternatif solusi jangka panjang, salah satunya adalah kerja sama dengan pemerintah daerah lain untuk memanfaatkan Sungai Mahakam di Samarinda sebagai sumber air baku tambahan.
“Sungai Mahakam memiliki debit air yang jauh lebih besar dibandingkan sumber daya air di Balikpapan. Kami telah mengajukan proposal untuk mengambil air dari sungai tersebut sebagai solusi jangka panjang. Ini tentu memerlukan investasi besar untuk membangun infrastruktur perpipaan, tetapi kami yakin ini bisa membantu menjaga pasokan air bersih di Balikpapan,” ujar Direktur Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PTMB), Yudi Saharudin.
Pemanfaatan Teknologi Desalinasi
Selain kolaborasi antar daerah, Perumda Tirta Manuntung juga sedang mengeksplorasi penggunaan teknologi desalinasi. Proses ini, yang mengubah air laut menjadi air tawar, dapat menjadi solusi potensial bagi kota-kota pesisir seperti Balikpapan yang memiliki akses ke sumber air laut yang melimpah.
Namun, Yudi mengakui bahwa biaya teknologi desalinasi masih menjadi tantangan besar. “Meskipun teknologi ini bisa memberikan solusi jangka panjang, biaya yang dibutuhkan untuk operasional dan distribusi air dari desalinasi cukup tinggi. Kami masih mengkaji kelayakannya, termasuk menerima penawaran dari beberapa investor internasional,” jelasnya.
Teknologi desalinasi memang sedang berkembang di berbagai negara pesisir, tetapi Yudi menegaskan bahwa proyek ini perlu perhitungan yang matang agar harga jual air dari desalinasi tidak terlalu memberatkan masyarakat. (*)