PROKAL.CO, SAMARINDA-Tirtonegoro Foundation bekerja sama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek, menggelar Penguatan Komunitas Penggerak Literasi dalam Nusantara Literary Festival, Jumat (4/10/2024).
Acara yang digagas oleh Tirtonegoro Foundation ini menyajikan berbagai kegiatan literasi, termasuk Workshop Puisi dengan tema "Membaca Alam dan Pesakitan; Mosaik: Wanita Negeri Seberang."
Workshop tersebut dihadiri oleh perwakilan lembaga pendidikan, guru, penggiat literasi, masyarakat umum, serta penulis pemula yang antusias mengikuti setiap sesi.
Founder Tirtonegoro Foundation, Dr Rahmad Azazi Rhomantoro, menyampaikan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Kaltim, terutama dalam mendukung transformasi Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang sedang berkembang.
"Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat literasi di daerah serta memberikan ruang bagi para penulis, penggiat literasi, dan masyarakat umum untuk memperdalam kemampuan mereka dalam dunia sastra," kata Azazi.
"Dengan adanya kegiatan seperti ini, kita tidak hanya meningkatkan kualitas SDM di Kaltim, tetapi juga mendukung peran literasi dalam membentuk generasi yang siap menghadapi tantangan di IKN Nusantara,” lanjutnya.
Dalam workshop tersebut, dua narasumber terkemuka, yaitu Dadang Ari Murtono dan Wuri Handayani Putri Sutoro, berbagi pengetahuan tentang teknik menulis puisi dan penciptaan emosi dalam puisi.
Dadang Ari Murtono membahas teknik penulisan puisi yang berlandaskan aspek alam.
"Alam sering digunakan sebagai simbol untuk menyampaikan konsep-konsep abstrak," jelas Dadang.
“Misalnya, langit mendung dapat melambangkan kesedihan atau ketidakpastian, sinar matahari melambangkan harapan, dan daun gugur sering dipakai sebagai simbol kefanaan hidup,” sambungnya.
Menurutnya, siklus alam menjadi refleksi kehidupan manusia, di mana perubahan musim, kelahiran dan kematian, serta siklus siang dan malam mencerminkan perjalanan hidup dan waktu.
Baca Juga: Penampilan Spesial Tirtonegoro Foundation, A Night of Ramadan di Peringatan Hari Teater Dunia
Sementara itu, Wuri Handayani Putri Sutoro memberikan, penjelasan tentang teori Johnson- Laird dan Oatley terkait penciptaan emosi dalam menulis dan membaca puisi.
"Puisi memungkinkan kita mengekspresikan emosi melalui prosodi yang membangkitkan emosi melalui irama, rima, dan meter," ujar Wuri.
"Namun, pembaca sering kali kesulitan memahami makna konotatif dalam puisi, terutama pembaca baru. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana kata-kata dalam puisi menciptakan makna estetis dan indah,” sambungnya.
Azazi mengapresiasi Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur dalam mendukung kegiatan ini.
"Kami berterima kasih atas dukungan yang luar biasa dari Kantor Bahasa dan seluruh pihak yang terlibat. Kami berharap kegiatan ini dapat terus memberikan manfaat besar bagi masyarakat Kalimantan Timur," ujar Azazi.
Lebih lanjut, Azazi menyampaikan bahwa Nusantara Literary Festival akan berlanjut hingga 13 Oktober 2024, dengan menghadirkan narasumber seperti Syafruddin Pernyata, Amin Wangsitalaja, dan lain-lain.
Festival ini diharapkan dapat menjadi ajang bagi masyarakat untuk lebih mendalami dunia literasi, sekaligus memperkuat kebudayaan dan kreativitas di Kaltim. (far)