Kota Balikpapan sebagai kota yang maju, nyaman dihuni, bahkan menjadi penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN). Namun ironisnya ribuan warga masih kesulitan pemenuhan kebutuhan dasar air bersih dari PDAM/Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PTMB). Di satu kelurahan saja, yaitu Kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Balikpapan Utara, banyak RT yang mengeluhkan susahnya mendapatkan aliran air bersih, diantaranya RT 19, 07, 08, 09, 35 dan 04.
Hal itu dialami puluhan tahun, paling tidak 20 tahun yang lalu. “Saya menjadi ketua RT sejak 2006 lalu. Kala itu Lurah Batu Ampar, Pak Zulkifli. Saat itu warga RT 08 Perumnas, RT 09 Perumnas dan lainnya sudah ribut mengeluhkan susah air. Ada jaringan PDAM, tetapi airnya tidak mengalir, “ ujar Suyono SE, Ketua RT 53.
Ketua RT 08 Perumnas Batu Ampar M Amin membenarkan, sejak 2005 silam masalah air bersih PDAM tidak pernah terselesaikan. “ “Tulis besar-besar ya. Kota Penyangga IKN tapi rakyatnya masih susah air bersih. Kalau pun dapat harus susah payah menunggu tengah malam. Airnya hanya kecil, cuma netes. Menunggu semalaman paling banyak dapat setengah drum (sekitar 100 liter). Dipake sehari saja untuk satu keluarga sudah habis. Yang sering terjadi sampai sekarang, berhari-hari tidak mengalir. Saya dan warga sudah sering sampaikan ke dewan, lapor ke PDAM dan pernah demo ke PDAM. Tapi nggak ada hasilnya,” ujarnya.
Ketua RT 09 Perumnas Batu Ampar Kasmadi yang dikenal kencang bersuara, warganya juga bernasib sama, susah air bersih. Kasmadi sendiri di kalangan RT sering diledek sambil bercanda, “Wah, Pak Kasmadi nggak mandi gara-gara air susah,” ujar para Ketua RT. “Memang betul. Sudah puluhan tahun air susah ngalir di RT saya,” ujar Kasmadi, si Duta Masker saat Covid-19.
Suara lantang diungkapkan H Husni Tamrin, Ketua RT 19 Batu Ampar. “Sekarang ini para pejabat atau Ketua RT sendiri gak usah muluk-muluk bicara tinggi soal IKN. Itu sudah ada yang ngatur dari pusat. Selesaikan dulu masalah susah air bersih yang sudah lama tidak terselesaikan. Sampai kapan mau dibenahi?,” cetusnya.
Akibat susah air, pengeluaran warga pun membengkak. Satu bulan membeli air tandon sampai 4 kali. “Kalau satu tandon Rp 150 ribu, berarti satu bulan keluar Rp 600 ribu. Malahan ada yang beli lebih dari 4 tandon sebulan. Karena tak pernah dapat air bersih,” ujar Husni Tamrin.
Para Ketua RT yang kesulitan air bersih menantang PDAM/ Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PTMB), Pemkot Balikpapan dan DPRD Kota Balikpapan untuk turun bersama dan menyelesaikan secepatnya masalah usah air. “Ayo, buktikan kalau bisa menyelesaikan air secepatnya,” ujar M Amin. (ono)