• Senin, 22 Desember 2025

Panglima Batur, Nama Jalan di Samarinda dan Daerah Lainnya di Kalimantan, Siapa Dia?

Photo Author
Indra Zakaria
- Kamis, 26 Desember 2024 | 11:30 WIB
Patung Panglima Batur
Patung Panglima Batur

 

Panglima Batur yang dijadikan sebagai salah satu nama jalan di Ibu Kota Kaltim, Samarinda. Selain itu, Panglima Batur juga dijadikan nama jalan di ibukota Kalsel, Banjarbaru. Panglima Batur merupakan seorang panglima dari Suku Dayak.

Panglima Batur lahir di Buntok Baru, Barito Utara, Kalimantan Tengah pada tahun 1852. Ia meninggal di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 5 Oktober 1905 pada umur 53 tahun. Dalam buku Ensiklopedia Tokoh Tokoh Sejarah Lokal Banjar karangan Mansyur dan Syahlan Mattiro cetakan tahun 2018, diceritakan Batur adalah seorang panglima suku Dayak Bakumpai dalam Perang Banjar yang berlangsung di pedalaman Barito.

Baca Juga: Mantap, di Kabupaten Ini Warga Kurang Mampu Dimodali Buka Usaha

Peristiwa ini sering disebut Perang Barito, sebagai kelanjutan dari Perang Banjar. Panglima Batur adalah salah seorang panglima yang setia pada Sultan Muhammad Seman. Panglima yang telah beragama Islam ini berasal dari daerah Buntok Kecil, 40 Kilometer di udik Muara Teweh, Kalimantan Tengah.

Gelar panglima untuk suku-suku Dayak pada masa itu menunjukkan pangkat sebagai kepala dengan tugas mengatur keamanan dan mempunyai pasukan sebagai anak buahnya. Seorang panglima adalah orang yang paling pemberani, cerdik pandai, berpengaruh dan punya kelebihan lainnya.

Panglima Batur bersama Sultan mempertahankan benteng terakhir di Sungai Manawing dalam perjuangan mereka melawan Belanda. Pada saat Panglima Batur mendapat perintah untuk pergi ke Kesultanan Pasir untuk memperoleh mesiu, saat itulah benteng Manawing mendapat serangan Belanda. Pasukan Belanda di bawah pimpinan Letnan Christofel yang berpengalaman dalam perang Aceh, dengan sejumlah besar pasukan marsose yang terkenal ganas dan bengis, menyerbu benteng Manawing pada Januari 1905.

Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini Sultan Muhammad Seman tidak dapat bertahan. Sultan tertembak dan gugur sebagai kesuma bangsa. Panglima Batur tertegun ketika kembali ke benteng Manawing yang musnah. Bahkan merasakan rasa sedih yang mendalam karena Sultan Muhammad Seman telah tewas.

Panglima Batur dan teman seperjuangannya Panglima Umbung pulang ke kampung halaman mereka masing-masing. Panglima Umbung kembali ke Buntok Kecil.

Sultan Muhammad Seman dimakamkan di puncak gunung di Puruk Cahu. Panglima Batur satu-satunya pimpinan perjuangan yang masih bertahan. Ia terkenal sangat teguh dengan pendiriannya, dan sangat patuh dengan sumpah yang telah diucapkannya. Tapi, ia mudah terharu dan sedih jika melihat anak buahnya atau keluarganya yang jatuh menderita.

Kelemahan itu diketahui oleh Belanda. Kelemahan inilah yang dijadikan alat untuk menjebaknya.
Ketika terjadi upacara adat perkawinan kemenakannya di Kampung Lemo, saat seluruh anggota keluarga Panglima Batur terkumpul, serdadu Belanda mengadakan penangkapan.

Pasangan mempelai yang sedang bersanding juga ditangkap dimasukkan ke dalam tahanan, dipukuli, dan disiksa tanpa perikemanusiaan. Cara inilah yang dipakai Belanda untuk menjebak Panglima Batur. Dengan perantaraan Haji Kuwit, salah seorang saudara sepupu Panglima Batur, Belanda berusaha menangkapnya. Atas suruhan Belanda, Haji Kuwit mengatakan apabila Panglima Batur bersedia keluar dari persembunyian dan bersedia berunding dengan Belanda, barulah tahanan yang terdiri dari keluarganya dikeluarkan dan dibebaskan.

Sebaliknya apabila panglima tetap berkeras kepala, tahanan tersebut akan ditembak mati. Hati Panglima Batur menjadi gundah, dan memilih lebih baik menjadi korban sendirian daripada keluarganya yang tidak berdosa ikut menanggungnya.

Dengan diiringi orang-orang tua dan orang sekampungnya, Panglima Batur berangkat ke Muara Teweh. Sesampainya di sana bukan perundingan yang dilangsungkan. Tapi, ia ditangkap sebagai tawanan dan selanjutnya dihadapkan di meja pengadilan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X