BALIKPAPAN-Pemerintah Kota Balikpapan menegaskan komitmennya dalam pengelolaan lingkungan hidup dengan menjadikan Bank Sampah sebagai program unggulan. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Balikpapan menyatakan strategi ini adalah kunci utama dalam penerapan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) demi mewujudkan kota yang bersih dan berkelanjutan.
Kepala DLH Balikpapan, Sudirman Djayaleksana, menjelaskan bahwa keberadaan bank sampah berperan sangat penting dalam menekan timbulan sampah langsung dari sumbernya, terutama untuk jenis sampah anorganik yang masih memiliki nilai jual. Bank sampah kini menjadi ujung tombak untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS).
"Melalui sistem 3R, kami mendorong masyarakat untuk memilah dan memanfaatkan sampahnya. Bank sampah berfungsi sebagai wadah pengumpulan, memastikan sampah anorganik tidak berakhir sia-sia di TPS," ujar Dirman akrab disapa belum lama ini.
Implementasi 3R secara konkret melalui Bank Sampah terbukti memberikan manfaat ganda. Warga didorong menerapkan, Reduce yaitu mengurangi penggunaan barang sekali pakai. Reuse, menggunakan kembali barang tanpa proses pengolahan. Recycle, mendaur ulang sampah anorganik menjadi bahan baku baru.
Sampah anorganik seperti botol plastik, kertas, dan kardus yang disalurkan masyarakat ke bank sampah diolah kembali. Hasil penjualannya tidak hanya mendukung lingkungan, tetapi juga menciptakan keuntungan ekonomi.
"Bank sampah ini adalah bentuk nyata ekonomi sirkular yang memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat," tegasnya.
DLH Balikpapan terus memperkuat sinergi dengan Bank Sampah Induk dan Bank Sampah Unit di berbagai kelurahan. Salah satu inovasi penting adalah penetapan Bank Sampah Sekar 18 Poka, yang juga difungsikan sebagai lokasi pengumpulan Drop Box untuk limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) domestik.
Untuk memperluas jangkauan, fasilitas Drop Box juga telah disiapkan di lokasi publik seperti sekolah, kantor kecamatan, dan instansi pemerintahan, menjamin pengelolaan sampah B3 lebih terpantau.
Sudirman menegaskan, kunci keberhasilan program ini terletak pada partisipasi aktif setiap rumah tangga. "Kalau setiap rumah tangga bisa memilah dan mengirim sampah anorganiknya, maka volume sampah ke TPS bisa berkurang drastis. Target kami adalah membangun kesadaran bahwa sampah memiliki nilai," tutupnya.