kalimantan-timur

Gas Pojok

Kamis, 17 Agustus 2023 | 00:24 WIB
-

 

TAK seperti biasanya. Kemarin (16/8), warung pojok dipenuhi pelanggan ASN. Mereka baru saja melaksanakan tugas lapangan, dan mampir sejenak.

Sebelum tiba, kami sudah membahas soal gas melon. Sehari sebelumnya, ada kesibukan operasi pasar gas yang menyerbu emak-emak dan UMKM. Pemandangan yang sebetulnya biasa saja, di saat terlambatnya pasokan gas yang mungil itu.

Sebelum tiba di warung pojok, terlihat ada mobil bak terbuka. Muatannya, puluhan gas ukuran 3 kilogram. Parkir tak jauh dari toko emas di Jalan Niaga. Mobil itu sering saya lihat dengan muatan yang sama.

Nama pemilik kendaraan Pak Abu. Ia sudah sejak lama memegang lisensi sebagai agen tabung gas. Ia sudah beberapa menit di warung pojok. Duduk di meja tengah. Bersama Pak Nuang yang jauh-jauh dari Teluk Bayur.

"Siapa yang mau gas melon, itu ada di mobil," kata Pak Abu. Tawaran itu mengisyaratkan bahwa sebetulnya tak ada kekosongan atau kelangkaan gas. Apalagi kabarnya ada yang menjual di atas harga eceran tertinggi.

"Harganya berapa?" Kata Pak Nuang. Pak Abu hanya bisa tertawa. Sebagai agen resmi pada perusahaan tempatnya bekerja, ia menyebutkan harga sesuai ketentuan. "Tidak mahal, Rp 30 ribu," kata Pak Abu.

"Ok, saya pesan dua tabung," kata Pak Nuang serius. "Boleh silakan ambil di bak mobil. Tapi, sekalian dengan tabung kosongnya," kata Pak Abu. Urusan tabung kosong ini jadi soalnya. Masalahnya, Pak Nuang harus ke Teluk Bayur dulu. Tak ada toleransi, biar berteman.

Sebagai daerah yang punya fasilitas isi ulang gas, diakui harusnya tidak terjadi kelangkaan ataupun kekosongan. Kalau juga berlangsung kekosongan, itu disebabkan pasokan gas ke Jobber yang ada di Samburakat mengalami keterlambatan.

Berau bila dihitung-hitung. Tak kurang dari 2 juta tabung gas melon yang diperlukan setiap tahunnya. "Cukup dan bahkan sangat cukup," kata Pak Abu. Ada konsumen yang sebetulnya tidak diperkenankan memakai gas melon, ikut sebagai pemakai. "Itu penyebabnya," kata Pak Abu.

Dari pengamatan di lapangan. Hampir semua warung tenda dan warung makan yang ada di Tanjung Redeb, semuanya sebagai pengguna gas melon. Memang sasarannya ke UMKM. Kalau terjadi kekosongan, yang pertama berteriak mereka-mereka inilah.

Asyik membahas soal gas melon itu. Masuk rombongan anggota Satpol PP. Awalnya dipikir mau merlakukan razia ASN yang jam kerja ada nongkrong di warung kopi. Kebetulan juga tak ada ASN yang datang ke warung pojok.

Kami baru dari lapangan dan mampir di pojok, kata komandannya. Mereka memesan kopi dan roti bakar. Pesanan belum juga keluar, datang lagi rombongan kecil ASN berbaju putih. Hari Rabu, ASN memang diwajibkan berbaju putih. Beda dengan Satpol PP yang harus tetap memakai baju korps.

Rombongan kecil dipimpin Pak Hendra. Anggota tetap warung pojok. "Kami baru cek lapangan di pasar, daeng," kata Pak Hendra. Cocoklah, pertemuan Pak Abu sebagai agen gas melon, ada dari Dinas Perdagangan dan Satpol PP selaku pengawas lapangan.

Menariklah diskusi warung pojok kemarin itu. Banyak yang dibahas bersama. Mulai dari persoalan pasokan gas. Bagaimana menertibkan umbul-umbul jelang perayaan HUT Proklamasi. Begitupun, diskusi banyaknya jalan yang ditutup, akibat pekerjaan drainase.

Halaman:

Tags

Terkini