kalimantan-timur

Belajar Program Makan Siang Bergizi dari Jepang yang Sudah Dimulai Sejak Ratusan Tahun Lalu  

Selasa, 4 Februari 2025 | 11:57 WIB
Faroq Zamzami

Siang itu karena spesial ada kunjungan dari peserta tur bersama Yakult, ratusan anak-anak itu mendapat produk Yakult sebagai penutup makan siang.

Guru mereka juga makan bersama. Sekali lagi budaya positif. Jika semua menu sudah dibagi rata dan masih ada sisanya, tiap selesai makan, guru menawarkannya kepada anak-anak.

“Ada yang mau menambah,” kata seorang guru di kelas tiga SD, setengah berteriak, tentu dengan bahasa Jepang yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh salah seorang pegawai dari Yakult.

Ternyata tak semua angkat tangan. Ada beberapa. Dan yang beberapa orang ingin menambah itu, mereka tak langsung berlari dan bergerombol di meja menu. Tapi membuat barisan antrean. Tanpa suara. Sehingga sang guru yang ambil kendali, bisa membagi makanan lagi dengan rata. Nyaman dilihat.   

“Waktu makan kami batasi. Dari 12.00 hingga 12.30. Saat menyantap menu paling lama 15 menit. Selama itu mereka tak boleh berisik,” ujar Sato.

 Baca Juga: Rupiah Melemah Jadi Rp16.403 Per Dolar AS

Ada dua nutrisionis yang mendampingi dalam pengolahan menu di sekolah ini. Tak semua sekolah di Negeri Sakura memiliki dua nutrisionis. Ada yang satu. Ada juga yang beberapa sekolah di bawah koordinasi satu nutrisionis.

Harada Yuka, salah satu nutrisionis di SD Shibuya. Dia menjelaskan, menu makan siang yang sehat sangatlah penting. Karena di dalamnya terkandung unsur edukasi, dengan tujuan membantu perkembangan kesehatan anak-anak.

Makanan yang disiapkan harus menyatukan berbagai makanan bergizi seimbang demi membantu pertumbuhan anak yang kuat dan sehat.

“(Dalam makan siang) Kami juga menyediakan sekitar setengah dari kebutuhan asupan kalsium harian siswa, yang bisa jadi sulit untuk mereka dapatkan di rumah, jadi kami menyediakan susu setiap hari di sekolah,” kata Yuka, tentu saat itu dengan bahasa Jepang yang sudah diterjemahkan.

Sekolah yang didampingi nutrisionis tak melulu menyediakan makanan modern kepada para anak didik. Mereka juga memperkenalkan makanan tradisional Jepang. Demi menjaga warisan budaya.

 Baca Juga: Tol Balikpapan-IKN Segera Selesai, Waktu Tempuh Bisa Lebih Singkat

Semua jenis makanan khas dari seluruh daerah di Jepang menjadi santapan secara bergantian. Tak hanya itu, secara reguler juga anak-anak ini mendapat jatah makanan khas mancanegara. Tentu dengan sentuhan yang sesuai standar sekolah.  

“Semua makanan kami buat sendiri. Dikerjakan oleh para koki di sekolah,” jelasnya.  

Bagaimana menyiapkan bahan untuk menu makan siang? Yuka menegaskan, mereka mengutamakan sentuhan lokal. Misalnya nasi. Bahan pokok ini diambil dari koperasi pertanian di Akita, utara Jepang.

Halaman:

Tags

Terkini