Ada Sekolah Punya 10 Koki Plus Dua Nutrisionis
Baca Juga: Ratusan Tenaga Honorer di PPU Gelar Demonstrasi di DPRD, Ini Tuntutan Mereka
Saat kunjungan ke Jepang saat itu kami juga mampir di sekolah terpadu Shibuya di kawasan Honmachi, Tokyo.
Sekolah ini berdiri di atas lahan 20 ribu meter persegi. Sato Masahiko, wakil kepala sekolah, mengatakan sarana pendidikan ini didirikan pada 2012. Jadi sekolah pertama di kawasan Shibuya yang mengintegrasikan SD dan SMP. Ada dua SD dan dua SMP yang bergabung.
Di seluruh Jepang, hingga kini ada 2.000-an sekolah yang sudah mengintegrasikan diri. Jenjang SD dan SMP. Di sekolah ini ada 565 murid SD dan 200 pelajar SMP. Guru-gurunya juga gabungan. Delapan puluh pendidik lebih.
Kata Sato, sekolah terpadu ini berstatus negeri. Tapi makan siangnya “swasta”. Para orangtua mengeluarkan biaya makan siang anak-anak mereka. Nominal yang dikeluarkan bervariasi.
Murid SD kelas bawah dikenakan 237 yen per sekali makan. Atau setara Rp 29.625 dengan kurs 1 yen Rp 125. SD kelas menengah dikenakan 251 yen per sekali makan siang. Murid SD kelas atas 265 yen per makan, dan SMP 322 yen per sekali makan.
Tiap hari, setidaknya sekolah menyiapkan 800-an porsi makan siang. Untuk semua kelas di SD dan SMP. Ada dua pramusaji dan 10 koki yang mengolah makanan. Tiap hari menunya berganti. Variatif. Agar anak-anak tak bosan.
Baca Juga: Jaket Resmi MAXi Yamaha, Obat Ganteng Buat Riding Harian dan Touring
Ada kultur baik yang diajarkan kepada anak-anak SD ini. Tiap siang saat makan bersama. Di tiap kelas ada murid yang piket menyiapkan makanan. Bisa lima atau enam orang. Seperti di sekolah Indonesia tugas piket kebersihan.
Makanan yang sudah siap konsumsi akan diantar para koki dari dapur ke kelas-kelas. Lengkap dengan peralatan makan. Anak-anak yang piket inilah yang bertugas membagi jatah makan kepada teman-teman mereka.
Meski mereka anak-anak, usia SD, aktivitas itu berjalan tertib. Tiap murid mengikuti arahan kawan-kawan mereka yang piket. Tak ada yang berebutan. Anak-anak itu biasa juga menata meja belajar mereka menjadi meja makan. Biar bisa duduk berhadap-hadapan.
Ini budaya positif lain lagi. Sebelum makan, perwakilan murid akan maju ke depan. Mengarahkan rekan-rekannya untuk mengucapkan terima kasih kepada petugas piket karena sudah melayani. Itu terjadi tiap siang.
Petugas piket akan menginformasikan kepada rekan-rekannya apa menu siang itu. Saat kunjungan itu, menu mereka adalah nasi putih, ikan, sup ayam, olahan lobak, dan susu.
Baca Juga: Waspada dengan Cuaca Ekstrem, BMKG Temukan 3 Bibit Siklon Tropis