Bagi perempuan lain yang masih ragu mengejar impian karena merasa terhalang oleh peran domestik, Intan memberikan pesan bahwa mimpi tidak perlu dimatikan.
Ia percaya bahwa keduanya bisa berjalan beriringan selama dijalani dengan kesadaran, komunikasi, dan rasa cinta yang tulus.
Menurutnya, cara terbaik agar perempuan tetap berdaya tanpa mengabaikan nilai-nilai keluarga adalah dengan menjadikan keluarga sebagai motivasi utama.
Baca Juga: Tahun Lalu Pengadilan Agama Martapura Catat 1.600 Perkara, Didominasi Gugatan Istri
Mandiri bukan berarti menjauh, tetapi justru memperkuat fondasi keluarga melalui pencapaian yang membawa dampak positif.
Saat ditanya apa yang akan dikatakan RA Kartini jika melihat perjalanannya hari ini, mata Intan tampak berkaca.
“Mungkin beliau akan bilang, kamu tidak hanya meneruskan perjuanganku, tapi telah membawanya ke tempat yang lebih tinggi,” kata Intan.
Sebuah refleksi yang menandakan bahwa perjuangan Kartini tak pernah benar-benar selesai, tetapi terus hidup dalam jiwa-jiwa seperti Intan.
Baca Juga: Semangat Kartini Bergema di Penajam Paser Utara, Perempuan Jadi Pilar Keluarga di Era Digital
Intan tahu, ia tidak sempurna. Ia bukan pahlawan. Tapi ia adalah simbol bahwa perempuan bisa kuat tanpa harus kehilangan kelembutan, bisa rindu tanpa kehilangan semangat, bisa menjadi istri dan ibu yang penuh cinta sekaligus profesional yang berdedikasi. (*)