kalimantan-timur

Tren Penderita Penyakit Jantung Meningkat, Warga Diimbau Jaga Kesehatan, Jenis Olahraga Ini Sangat Efektif

Senin, 29 September 2025 | 15:07 WIB
dr Djoen Herdianto (DENNY SAPUTRA/KALTIM POST)

PROKAL.CO, TENGGARONG-Peringatan Hari Jantung Sedunia tahun ini menjadi momentum penting untuk mengingatkan masyarakat agar lebih peduli menjaga kesehatan. 

Sebab, dalam beberapa tahun terakhir, kasus penyakit jantung di Indonesia terus meningkat.

Baca Juga: ASN Samarinda Dilantik, Wali Kota Minta Tingkatkan Kualitas Pendidikan, Kesehatan, dan Perizinan

Bahkan, di tingkat nasional pada 2024, penyakit jantung masih tercatat sebagai salah satu penyumbang terbesar beban pembiayaan kesehatan melalui BPJS.

Dokter spesialis jantung, dr Djoen Herdianto SpJP, menegaskan pentingnya perubahan pola pikir masyarakat dalam menjaga kesehatan.

Menurutnya, tren olahraga yang kini marak di kalangan generasi muda patut diapresiasi.

Kesadaran itu harus terus ditingkatkan agar berdampak nyata pada penurunan angka penderita penyakit jantung.

“Olahraga rutin sangat efektif. Rekomendasinya 150 menit per minggu, bisa dibagi tiga sampai lima kali. Bentuknya bisa jogging, jalan cepat, renang, bersepeda, atau senam aerobik. Intinya olahraga yang melatih pernapasan dan daya tahan,” terangnya di sela peringatan Hari Jantung Sedunia di RSUD AM Parikesit Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Minggu (21/9/2025).

Baca Juga: Dinkes Samarinda Perketat Pengawasan Program MBG, Pastikan SPPG Bersertifikat

Selain olahraga, dr Djoen menyoroti bahaya rokok dan vape yang masih tinggi di masyarakat, termasuk di kalangan perempuan muda.

Dia menegaskan, vape bukan solusi, karena risikonya sama dengan rokok terhadap jantung dan pembuluh darah.

Perokok memiliki risiko lebih besar terkena serangan jantung atau stroke dalam 10 tahun ke depan dibandingkan yang tidak merokok.

“Ini mengkhawatirkan karena di tempat-tempat umum makin banyak orang merokok atau menggunakan vaping,” jelasnya.

Ia juga menekankan, penyakit jantung tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi pasien, tetapi juga beban besar dalam pembiayaan kesehatan nasional.

“Kasus terbanyak adalah penyakit jantung koroner. Biayanya tinggi sekali. Itu yang membuat BPJS sangat terbebani,” terangnya.Baca Juga: Erau 2025: Antara Tradisi, Inovasi, dan Pemajuan Kebudayaan Kaltim

Karena itu, promosi kesehatan dan pencegahan menjadi sangat penting. Yayasan Jantung Indonesia bersama Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular (PERKI) rutin berkolaborasi dengan berbagai institusi, baik pemerintah maupun swasta, untuk menggelar edukasi publik.

Bentuknya bisa berupa seminar kesehatan, pemeriksaan gratis, hingga pelatihan bantuan hidup dasar.

“Karyawan kantor, pengemudi, hingga petugas keamanan bisa dilatih bagaimana menolong seseorang yang terkena serangan jantung. Kami punya instruktur lengkap dan alat peraga untuk itu,” ucapnya.

Ia menambahkan, kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk media, juga diperlukan agar kampanye hidup sehat semakin luas.

“Misalnya CSR perusahaan atau ulang tahun media bisa diisi dengan pemeriksaan jantung gratis bagi masyarakat. Tujuannya agar semakin banyak yang peduli pada kesehatan jantung,” jelasnya. (*)

DENNY SAPUTRA
@dennysaputra46

Tags

Terkini