kalimantan-timur

Cara Tuhan Pertemukan Kebaikan Pertagas dengan Desa Karya Jaya Samboja  

Rabu, 1 Oktober 2025 | 10:25 WIB
Buah timun kini bisa panen berkali -kali lipat berkat pupuk organik buatan warga, (foto-foto: wawan lastiawan/prokal.co)

Dani kemudian bercerita, unit usaha rumah kompos ini awalnya lahir dari permasalahan ekonomi warga. Banyak bangunan bekas kandang ayam petelur yang terbengkalai. Sementara limbah kotoran sapi dibiarkan menumpuk tanpa pemanfaatan. Dari kondisi itulah muncul ide untuk mengolah limbah tersebut menjadi pupuk organik berkualitas.

BUMDes Mitra Karya melalui rumah kompos ini kemudian menciptakan pupuk semi organik racikan sendiri. Sosialisasi dan uji coba dilakukan perlahan, karena masyarakat sebelumnya sepenuhnya bergantung pada pupuk kimia.

Mulai dari 20 persen pupuk organik, naik ke 30 persen, kemudian 50 persen, hingga kini mencapai 80 persen penggunaan pupuk semi organik. Hasilnya pun mulai terlihat. Tanah kembali bernapas, tanaman tumbuh lebih baik, dan panen meningkat.

Ia juga mengatakan, jika dulu panen timun pertama hanya 25 kilogram, kini bisa nyaris panen dua kali lipat. “Setelah kami pakai pupuk hasil olahan sendiri manfaat dan hasilnya signifikan. Dari situ, warga semakin semangat menciptakan pupuk sendiri. Dulunya 25 kilo, sekarang hampir 45-an kilo. Panen kedua itu malah hampir 174 kilo dari biasanya hanya 100 kilo. Terus panen ketiga bisa tembus 271 kilogram,” kata Dani, dengan wajah sumringah.

Tak hanya meningkatkan hasil panen, BUMDes Mitra Karya kini juga telah memproduksi 12 varian produk pertanian. Mulai dari pupuk kompos, pupuk cair, hingga insektisida nabati dan perekat organik. Pertagas pun menyiapkan pemasangan solar panel di rumah kompos agar operasional lebih hemat energi dan ramah lingkungan.

Untuk membuktikan efektivitas pupuk racikan mereka, kelompok ini membuat lahan percontohan seluas 500 meter persegi. Lahan itu kemudian berkembang menjadi beberapa petak. Oleh warga, ditanami buncis, timun, melon, cabai, hingga daun bawang.

Mereka menyebutnya Agro-Lab, singkatan dari Agriculture Laboratory. Laboratorium hidup tempat belajar, bereksperimen, dan membuktikan hasil kerja. “Jadi kalau ada orang datang, mereka bisa langsung lihat hasilnya. Gampang menjelaskan bahwa inilah produk dari pupuk kami,” tambah Dani. Selain pupuk cair dan padat, BUMDes Mitra Karya juga memproduksi fungisida, pestisida, dan perekat alami.

Revi Ayu dari CDO Pertagas lalu mengatakan, kunci keberhasilan ini juga berkat pendampingan dari konsultan pertanian yang membantu menganalisis kondisi tanah.

Berkat pendampingan itu, hasil panen kelompok tani untuk periode 2024–2025 meningkat pesat dalam satu luasan lahan bisa mencapai 1,5 ton.

Metodenya terbukti efisien untuk jenis tanah di wilayah tersebut. Seluruh hasil panen sekitar 1,5 ton tadi, kata Revi, dijual langsung ke pasar yang lokasinya tidak jauh dari desa. “Supplier-nya sudah ada di bawah, karena di bawah desa ini memang sudah pasar,” jelas Revi.

Selain fokus pada produksi, BUMDes juga aktif mengadakan pelatihan dan berbagi pengetahuan (sharing knowledge). Pelatihan ini diinisiasi oleh tim Pertagas agar bisa direplikasi oleh kelompok lain yang ingin belajar pertanian berkelanjutan.

Tak hanya berhenti di pertanian, desa ini juga mulai menerapkan prinsip efisiensi energi. Caranya? Itu tadi. Pertagas turut berkontribusi melalui bantuan pemasangan panel surya (solar panel).

Panel berkapasitas 8,8 kWp dengan baterai 20 kW (20.000 Watt) itu kini sudah terpasang. Selain rumah kompos, digunakan juga untuk penerangan lampu dan pompa air. “Untuk di sini, 20 ribu Watt itu sudah lebih dari cukup,” kata Revi. Proses pembangunannya dilakukan bertahap agar sesuai kebutuhan energi dan tetap ramah lingkungan.

Halaman:

Tags

Terkini