Komitmen PT Pertamina Gas (Pertagas) Operation Kalimantan Area (OKA) memberikan manfaat bagi masyarakat terus terlihat di berbagai wilayah operasinya di Samboja, Kutai Kartanegara. Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), Pertagas menebar kebaikan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Karya Jaya.
Wawan Lastiawan. Samboja Kutai Kartanegara
Desa Karya Jaya dulu dianggap tanah tak subur. Muncul semangat baru dari Pertagas untuk mengubah semua itu dan menggerakkan roda ekonomi dari tanah yang nyaris ditinggalkan. Semua berawal dari keinginan untuk mengenali potensi sekaligus tantangan di wilayah Desa Karya Jaya pada tahun 2023.
Saat itu, pendekatan dilakukan bersama pemerintah desa dan melibatkan warga desa. Di sinilah, Pertagas membantu BUMDes Mitra Karya bertransformasi membuat pupuk sendiri dari pengelolaan limbah sederhana menjadi pusat produksi pupuk rganic yang modern dan produktif.
Direktur BUMDes Mitra Karya, Suwardani, didampingi Revi Ayu Malinda sebagai Community Development Officer (CDO) Pertagas OKA, mengatakan bahwa sebelum adanya pendampingan dari Pertagas, proses produksi pupuk masih dilakukan secara manual.
Awalnya, pertanian di desa ini bukan hal yang mudah. Tanahnya kritis dan tidak produktif. Namun semangat anak muda di Kelompok Tani Muda Berkarya tak surut. Mereka percaya bahwa tanah seburuk apapun bisa hidup kembali bila diolah dengan benar.
“Dulu kami produksi manual, sebulan hanya sekitar 500 kilogram. Setelah Pertagas memberi mesin rotary, proses pengadukan pupuk yang biasanya dua hari sekarang cukup dua jam. Sekali produksi bisa 4 sampai 5 ton,” kata Suwardani, saat ditemui di rumah kompos Desa Karya Jaya, Jumat (26/9) siang.
Adanya dorongan semangat dari Pertagas, Dani—sapaan Suwardani-- memiliki impian besar menjadikan BUMDes sebagai roda penggerak ekonomi desa. Ia mengumpulkan kembali masyarakat yang pernah aktif di berbagai kelompok sosial, lalu berdiskusi. “Apa yang bisa kita kontribusikan di bawah BUMDes agar ekonomi desa kembali bergerak?” tanya Dani, mengulang perkataannya waktu itu.
Dari diskusi itu lahirlah berbagai kelompok, yaitu kelompok tani, kelompok pengelola WTP untuk air, UMKM, dan tentu saja BUMDes itu sendiri.