NUNUKAN – Kecamatan Sebuku dan Kecamatan Tulin Onsoi, Kabupaten Nunukan mengalami krisis listrik setelah dilakukan pemadaman bergilir selama 12 jam. Itu dikarenakan mesin PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Rayon Nunukan mengalami kerusakan.
Itu diungkapkan Sekretaris Adat Besar Dayak Tulin Onsoi, Karnain kepada media ini. Ia mengaku krisis listrik sudah terjadi sejak beberapa hari terakhir di dua kecamatan tersebut. Dampaknya pun berimbas ke sejumlah pihak yang meminta krisis listrik tersebut segera diatasi.
“Ya, banyak warga desa yang protes ke pemerintah desa dan kecamatan agar segera diatasi permasalahan ini. Mereka minta pemerintah desa dan kecamatan segera koordinasikan ke Pemkab Nunukan atau PLN-nya langsung,” ungkap Karnain.
Karnain mengatakan, permasalahan listrik sudah terjadi sejak Desember 2018 lalu. Mesin PT PLN Rayon Nunukan yang berada di Sebuku diketahui mengalami kerusakan. Mengatasi itu, PT PLN Rayon Nunukan kembali mengambil 1 unit mesin Sebatik yang sudah berada di KTT.
Tapi, terjadi kerusakan lagi setelah mesin beroperasi selama sepekan lebih. Pada saat itulah krisis listrik terjadi lagi. Tidak tahan dengan berlakunya pemadaman hingga 12 jam, warga desa selalu mengeluhkan persoalan itu ke pihak kecamatan. Hal itu pun menuai protes hingga PT PLN Rayon Nunukan kembali mengusahakan penormalan listrik.
“Gara-gara bergiliran, pelayaran pemerintah terkendala di sana (Sebuku, Red). Jadi, ini harus segera diatasi, jangan sampai nanti terjadi hal yang tidak kita inginkan kalau tidak diatasi,” beber Karnain.
Sementara itu, Manajer PT PLN Rayon Nunukan, Fajar yang dikonfirmasi terkait hal tersebut mengatakan, pihaknya tentunya terus melakukan berbagai upaya guna mengatasi permasalahan listrik di Sebuku dan Tulin Onsoi. Dengan kerusakan yang terbilang parah, Fajar tentunya meminta pengertian masyarakat untuk sabar hingga pengerjaan selesai dilakukan.
Fajar menjelaskan, memperbaiki mesin yang rusak tersebut membutuhkan banyak suku cadang. Belum lagi pengerjaan yang membutuhkan waktu yang lama untuk benar-benar bisa menstabilkan mesin untuk suplai listrik di dua kecamatan tersebut.
Ia pun memperkirakan pengerjaan bisa mencapai sepekan lebih dilakukan guna menormalkan kembali pemadaman listrik yang terjadi di dua kecamatan itu. Kerusakan akan benar-benar diperbaki supaya mesin tidak lagi mengalami kerusakan serius.
“Atas masalah ini, kami juga memohon maaf karena kerusakan ini tidak terduga terjadi. Hingga saat ini, kami terus berusaha memperbaikinya. Kami pastikan dalam waktu sepekan listrik akan kembali normal,” janji Fajar.
Fajar kembali menjelaskan, terkait dilakukannya pamadaman bergilir selama 12 jam, sebenarnya dari permintaan masyarakat sendiri. Pihak desa meminta jika satu desa mati maka semua harus ikut mati. Hal itu menghindari perlakuan tidak adil di mana listrik nantinya ada yang hidup dan yang mati.
Padahal Fajar mengaku, pemadaman bergilir bisa dilakukan per tiga jam untuk sekitar 5 sampai 7 gardu. Lantaran permintaan masyarakat sendiri, untuk itu kebijakan pemadaman selama 12 jam pun diiyakan PT PLN Rayon Nunukan setelah melalui perbincangan panjang. “Ya, sebenarnya itu juga dilakukan atas permintaan mereka. Namun karena kembali meminta dinormalkan, kami akan berusaha menstabilkannya lagi,” jelas Fajar. (raw/eza)