TARAKAN - Selama ini, pemasangan pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tidak dilakukan di kawasan daerah perbukitan. Itu dikarenakan ketersediaan alat booster(pendorong) yang terbatas dimiliki PDAM. Namun kini, PDAM akan membuka pelayanan untuk masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan karena PDAM telah memiliki tiga unit.
Kepada Radar Tarakan, Kepala PDAM Kota Tarakan, Usman Assegaf mengatakan, bahwa booster milik PDAM telah dipasang oleh pihaknya sebanyak tiga unit. Meski sudah tersambung, namun booster tersebut belum dicoba pihaknya karena akan mendatangkan teknisi lebih dulu.
Penyediaan alat booster tersebut bisa dilakukan PDAM dari dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp 20 miliar untuk mendapatkan 3 booster dengan perpipaan jaringan pipa. Ketiga booster tersebut dipasang di kawasan SMPN 5 Tarakan, Gusher dan SMPN 4 Tarakan.
“Jadi kalau itu (booster, Red) jalan, yang tinggal di perbukitan bisa (mengalir air dari PDAM, Red),” bebernya.
Akan tetapi, Usman mengungkapkan bahwa alat yang berada di belakang kantor DPRD Tarakan itu berukuran kecil, sehingga harus diganti pompanya. Sebenarnya, penggunaan alat booster kecil di belakang DPRD terbilang cukup. Namun seiring bertambahnya waktu, lokasi tersebut memiliki banyak sambungan pipa PDAM karena rumah penduduk yang semakin bertambah.
Untuk diketahui, sebelumnya jumlah sambungan PDAM hanya mencapai 18 ribu sambungan, namun 4 tahun berikutnya sambungan PDAM di kawasan tersebut bertambah menjadi 27 ribu. “Ada penambahan 9 ribuan, nggak mampu sudah peralatan ini,” ungkapnya.
Selain itu, pompa retribusi dan pompa produksi PDAM yang harus diperbesar sehingga harus menambah daya daya listrik dari PLN senilai Rp 825 juta. Tidak termasuk pemasangan panel yang memakan anggaran mencapai Rp 600 juta, sehingga totalnya mencapai Rp 1,5 miliar.
Dengan datangnya tiga alat booster tersebut, diyakini Usman dapat bekerja dengan baik untuk kawasan perbukitan. Namun alat itu terlebih dahulu akan diuji coba ketinggian airnya, kemudian kemampuan untuk menekan air.
“Embung Kampung Satu itu dipasang booster untuk menekan perbukitan. Persemaian pun ada booster, semua harus ada booster. Tarakan ini tidak punya gunung, tapi bukit,” jelasnya.
Usman mengungkapkan bahwa selama ini semua ketersediaan alat PDAM memang berasal dari barang impor, seperti pompa, pipa, bahan kimia dan sebagainya sehingga membutuhkan biaya yang jauh lebih besar. Jika dipaksakan untuk membeli produk dalam negeri, pihaknya merasa kesulitan mengingat kosongnya produk dalam negeri. Sementara itu, produk alat booster yang baru saja disediakan oleh PDAM berasal dari Jerman, sedang sebelumnya berasal dari Polandia.
“Jadi itu tidak ada pabriknya di Indonesia, tapi yang ada agen. Agennya pun tidak nyetok barang, karena barangnya ini puluhan tahun baru rusak, jadi begitu ada kerusakan satu alat kecil, kami telepon pabrik di Jakarta kemudian mereka telepon Jerman. Dari Jerman itu 5 bulan, satu alat rusak memakan waktu 5 bulan baru sampai ke sini,” katanya.
Untuk itu, pihaknya tidak dapat membayangkan jika salah satu alat PDAM rusak secara tiba-tiba. Untuk itu, PDAM mengantisipasi hal tersebut dengan membuat perbaikan sendiri dengan mencari sparepart dari Jakarta sambil mengecor menunggu alat asli tersebut datang.
“Jadi begitu ada rusak, kami langsung cari ke daerah yang ada barang untuk dicetakkan sementara sambil menunggu yang asli,” pungkasnya. (*/shy/eza)