TANJUNG SELOR – Berdasarkan pendataan yang dilakukan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kalimantan Utara (Kaltara), wilayah Bumi Benuanta sebutan lain dari Kaltara memiliki kurang lebih 1.400 jalur tikus yang rawan penyelundupan narkotika asal Malaysia.
Kepala BNNP Kaltara, Brigjen Pol Ery Nursatari mengatakan, sebenarnya dari data itu masih ada beberapa jalur tikus penyelundupan narkotika yang belum terdata. “Saya yakni di Kaltara ini masih banyak sekali jalur tikus yang belum terdata, dan sangat rawan dengan aksi penyelundupan barang haram tersebut,” ungkap Ery kepada Radar Kaltara, Kamis (7/3).
Bahkan beradasarkan laporan dari Biro Pengelola Perbatasan Kaltara, wilayah Kecamatan Sei Menggaris, Kabupaten Nunukan masih banyak jalur tikus dan sangat rawan akan penyelundupan narkotika. Ia sendiri mengaku belum banyak mendatangi wilayah-wilayah yang memang menjadi titik rawan penyelundupan narkotika. “Tapi kalau untuk wilayah Kecamatan Krayan saya sudah datangi,” sebutnya.
Selain terdapat banyak jalur tikus, Kaltara juga memiliki banyak jaringan narkotika. Bahkan di awal Maret ini saja sudah banyak sekali pengungkapan kasus di wilayah Kaltara. “Jumlah yang berhasil diamankan juga tidak sedikit, bahkan belum lama ini Satnarkoba Polres Tarakan telah berhasil mengamankan sebanyak 10 kilogram (kg) sabu,” ujarnya.
Dalam pengungkapan kasus, BNNP selalu berkordinasi dengan pihak terkait. Miasalnya BNNP mau melakukan penangkapana di kapal, karena tidak memiliki kapal maka BNNP berkoordinasi dengan TNI Angkatan Laut atau dengan Bea Cukai. “Tapi yang punya informasi kami dan kami juga sifatnya rahasia,” bebernya.
Ery menambahkan, selain di wilayah perbatasan, BNNP juga telah melakukan pemetaan wilayah dan tempat yang kerap digunakan sebagai peredaran narkotika di kabupaten/kota. Untuk di Kabupaten Bulungan sendiri terdapat sembilan titik rawan peredaran narkotika. Di antaranya, Kecamatan Tanjung Palas, Bandara Tanjung Harapan, Kecamatan Bunyu, Pelabuhan Kayan I, Pelabuhan Kayan II, Pelabuhan Kulteka, Dermaga Sungai Kayan, Pasar Induk Tanjung Selor dan Desa Salimbatu.
“Jadi itulah wilayah dan tempat yang selama ini kerap ditemukan pengungkapan kasus narkotika di Bulungan. Namun bukan berarti tempat lainnya tidak rawan, akan tetap terus kita monitor,” bebernya.
Tidak hanya di Bulungan saja, di Kabupaten Nunukan, Malinau, Tana Tidung dan Kota Tarakan pun sudah dilakukan pemetaan. Di Tarakan itu sampai di lingkungan RT saja sudah dipetakan. “Jadi di Kaltara ini sudah kita petakan wilayahnya, tempat yang bisa terjadi transaksi dan kerap terjadi penyalahgunaan narkotika,” jelasnya.
Sebelumnya, Asisten Bidang Pemerintahan Setprov Kaltara, H. Sanusi menjelaskan, Provinsi Kaltara merupakan provinsi termuda di Indonesia yang sekaligus juga merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Sebagai daerah perbatasan di satu sisi Kaltara memiliki kelebihan sebagai beranda terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun di sisi lain Kaltara terdapat banyak titik yang harus diwaspadai karena sangat rawan terhadap jalur penyelundupan narkoba.
“Di daerah Nunukan yang merupakan daerah perbatasan langsung dengan Malaysia banyak sekali terdapat jalur. Bahkan hampir 1.000 lebih jalur tikus itu dapat memudahkan para penyelundup narkoba melakukan perlintasan dan peredaran,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui bersama Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, telah menyatakan bahwa Indonesia darurat narkoba. Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Tjahjo Kumolo juga menyatakan bahwa saat ini terdapat sekitar 40 sampai 50 orang meninggal setiap harinya akibat mengonsumsi narkoba. Penyalahgunaan narkoba ini terbukti telah merusak masa depan bangsa di negara manapun. Daya rusaknya luar biasa, merusak karakter bangsa, merusak fisik dan kesehatan masyarakat, serta dalam jangka panjang berpotensi besar mengganggu daya saing dan kemajuan bangsa.
“Jadi saya minta kepada seluruh elemen kompak memerangi narkotika, khususnya di wilayah Kaltara,” pungkasnya. (*/jai/eza)