TANJUNG SELOR - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Kaltara menyambangi kantor Unit Layanan Pelanggan (ULP) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Rayon Tanjung Selor yang berada di Jalan Sengkawit. Aksi itu didasari lantaran pemadaman listrik terus terjadi sejak Februari lalu.
Dari pantauan Radar Kaltara, aksi yang dikuti dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Universitas Kaltara (Unikal) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bulungan Tarakan (Bultar), berlangsung Jumat (8/3) sekira pukul 9.00 WITA berjalan damai.
Namun, berjalan sekira 30 menit aksi mulai berjalan panas. Bahkan, dua orang demonstran harus dilarikan ke RS Bulungan. Tak berhenti di situ, pembakaran baliho dilakukan demonstran tepat di hadapan kantor PLN. Sempat tenang, keributan kembali terjadi. Saling dorong antara aparat kepolisian dan demonstran terjadi lagi.
Demonstran ‘menantang’ Manajer ULP PT PLN Rayon Tanjung Selor, Adiyoso untuk mundur dari jabatannya. Permintaan itu dilontarkan dengan alasan agar Manajer PLN dapat memberikan komitmen agar tidak terjadi pemadaman lagi. “Ganti manajer PLN,” ujar Koordinator Lapangan (Korlap) Aliansi Mahasiswa Kaltara, Martinus.
Kemudian, Martinus menyampaikan tuntutan berdasarkan pasal 29 UU nomor 30/2009 tentang Ketenagalistrikan, sebagai konsumen dilindungi haknya. Namun, nyatanya itu tidak terealisasi. Adanya pemadaman membuat masyarakat tidak nyaman. Dampaknya, mengakibatkan kerugian bagi pelanggan PLN.
“Pemadaman terus tejadi dengan tenggang waktu yang tidak jelas. Untuk itu, saat ini perlu menjadi evaluasi. Kemudian berdampak pada kerusakan alat-alat elektronik, pemadaman lebih dari dua jam merupakan pemadaman yang terlalu lama,” ungkapnya.
Untuk itu, Aliansi Mahasiswa Kaltara ini, meminta kepada Manajer ULP PT PLN Rayon Tanjung Selor, Adiyoso dengan pemadaman melebihi dua jam harus mendapat kompensasi. Kemudian, PLN harus memberikan informasi terkait perbaikan alat elektronik atau apapun yang mengalami kerusakan akibat pemadaman listrik.
Selanjutnya, menjamin tidak ada Iagi pemadaman setahun ke depan setelah perbaikan selama Februari hingga Maret yang telah terjadi. Dalam waktu 3x24 jam terkait dengan permohonan peserta aksi berjanji akan kembali lagi ke PLN ini dengan jumlah massa yang lebih besar. “Perawatan jika terdapat kerusakan harus segera diganti dan harus diinformasikan ke publik tentang apa saja kerusakan dan biaya,” jelasnya.
Sementara, Manajer ULP Tanjung Selor, Adiyoso menjelaskan, pemadaman listrik terjadi lantaran dilakukan perbaikan mesin pembangkit yang dilakukan PT Sumber Alam Sekurau (SAS). Untuk antisipasi, maka ada penambahan mesin. Hal ini juga adanya sambungan dengan PLTU Gunung Seriang. “Ada kerusakan boiler pada mesin PLTU, sehingga ada perpanjangan pemadaman. PLTD kami juga ada yang rusak, jadi ada perpanjangan,” bebernya.
Ia menilai kedatangan mahasiswa merupakan wujud aspirasi yang harus ditanggapi. Selain itu, upaya memberikan pelayanan ke seluruh masyarakat Bulungan turus diupayakan. “Agar lebih andal dan lebih berkualitas. Serta memberikan dampak perekonomian yang baik bagi Tanjung Selor,” tambahnya.
Ia menegaskan, perbaikan pada boiler PLTU sudah dilakukan. Sehingga, jika tidak ada aral melintang pemadaman terakhir terjadi pada Sabtu (9/3). Kemudian, Ahad (10/3) sudan kembali normal. Adanya keterlambatan dikarenakan proses perbaikan mulai dari kontrak lelang menambah tenaga yang didatangkan dari Jakarta.
“PLTU sudah bisa suplai ke PLN. Jika menjamin tentunya harus konfirmasi lagi ke PLTU. Untuk progres padam terakhir Sabtu (9/3) dan kembali normal Minggu (10/3),” tegasnya.
Ketika ditanyai sempat terpancing saat unjuk rasa dilakukan ia menegaskan terbawa emosi. Lantaran kondisi fisik saat ini kurang tidur. Sebab, sejak pemadaman dilakukan ia harus siap dan memastikan kondisi sistem normal.
“Sempat terpancing sedikit. Pegawai harus standby agar sistem dan kondisis normal. Dan itu terjadi ketika pukul 2 hingga 3 dini hari. Makanya kondisi fisik kurang tidur dan biasanya kurang tidur mudah emosi,” jelasnya. (akz/eza)