Sejak 22 Februari 2019, Tri Wijono Djati resmi mengepalai jabatan General Manager (GM) Perusahaan Umum (Perum) Damri Cabang Tanjung Selor. Seperti apa sosoknya, berikut liputanya.
PIJAI PASARIJA
SEBELUM mengemban jabatan sebagai GM Perum Damri Cabang Tanjung Selor. Tri Wijono Djati terlebih dulu menjabat sebagai Manager Usaha pada Perum Damri Cabang Provinsi Gorontalo.
Namun berdasarkan Surat Keputusan (SK) Direksi Perusahaan Umum Damri nomor: SK.978/KP.303.304/DAMRI-2019, pria kelahiran Surabaya, 22 Mei 1969 itu resmi mengantikan GM sebelumnya, Rahmat Santoso.
Meski baru pertama menginjakan kaki ke Bumi Tenguyun sebutan lain dari Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), pria berkacamata itu mengaku sistem kinerjanya Perum Damri di Tanjung Selor jauh lebih baik dari di tempat tugasnya terdahulu.
Pria yang dikarunia tiga orang anak itu menilai, ke depan Kaltara banyak memiliki prospek untuk pengembangan pada bidang transportasi darat. Khususnya pengembangan usaha Damri. Terpenting saat ini hanya koordinasi dengan stakeholder, baik dengan Dinas Perhubungan (Dishub) Kaltara, Dishub Bulungan maupun dengan Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) wilayah XVII Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kaltara. “Jadi peluang kita cukup besar di Kaltara,” ujarnya.
Perlu diketahui, Damri ini banyak melayani penugasan keperintisan. Dan untuk anggaran subsidi terbagi menjadi dua sumber. Yakni melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). “Yang perlu diperhatikan itu subsidi APBD, karena di Kaltara ini masih ada wilayah terisolasi,” ujarnya.
Untuk itu, pihaknya akan melakukan pendekatan dengan pemerintah setempat. Apabila memang nanti ada daerah yang membutuhkan transportasi, maka tahap selanjutnya dari Perum Damri akan melakukan pengkajian.
Pria yang akrab disapa Tri itu mengaku akan menjalankan beberapa program selama bertugas di Kaltara. Namun program yang akan dijalankan dalam waktu dekat ini yaitu peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Kemudian untuk jangka panjang akan dilakukan pengembangan trayek. Jadi untuk jangka panjang trayek mana yang memungkinkan untuk diberikan pelayanan, baik itu melalui skema keperintisan ataupun komersial. “Tapi jika dilihat dari kemampuan, Perum Damri, Tanjung Selor hanya bisa bertopang pada subsidi dari pemerintah,” ujarnya.
Selain peningkatan pelayanan dan pengembangan trayek, Perum Damri Cabang Tanjung Selor juga sedang berupaya mencari lahan untuk perkantoran. Karena hingga saat ini pihaknya belum memiliki lahan maupun kantor yang representatif. “Sekarang ini kami hanya menyewa saja di salah satu ruko di Pasar Induk, Tanjung Selor,” ujarnya.
Oleh karenanya, ke depan pihaknya juga akan mengupayakan memiliki lahan maupun bangunan yang lebih baik lagi. Ia juga berharap ada dukungan dari pemerintah daerah (pemda). “Kami sangat berharap dari pemda mau membantu, dalam soal lahan maupun bangunan, kalaupun tidak ada lahan minimal bangunan disewakan kepada kita,” harapnya. (***/eza)