• Senin, 22 Desember 2025

11 Sampel Takjil Negatif Mengandung Zat Berbahaya

Photo Author
- Sabtu, 11 Mei 2019 | 10:08 WIB

TANJUNG SELOR – Sebanyak 21 sampel dari tiga lokasi penjualan takjil di Tanjung Selor, diambil oleh tim gabungan yang terdiri dari Polres Bulungan, Dinkes Bulungan, Disperindagkop dan UMKM Bulungan dan Bdan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Tarakan, Kamis (9/5) sore.

Pengambilan sampel itu dilakukan untuk memastikan kandungan zat yang ada di dalam takjil apakah aman atau tidak untuk dikonsumsi masyarakat. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Bulungan, dr. Bagus K Sidharaharja mengatakan, dari 21 sampel yang diambil 11 di antaranya telah di uji kandungan zatnya oleh BPOM Tarakan. Hasilnya semua sampel negatif zat boraks, formalin, dan zat pewarna tekstil.

“Sampel takjil yang kita ambil tadi beragam, mulai dari yang manis hingga gorengan,” ungkap Bagus kepada Radar Kaltara kemarin.

Untuk 10 sampel yang belum diperiksa akan kembali diuji di tempat terpisah. Seluruh sampel akan diperiksa, dan hasilnya akan langsung dilaporkan ke BPOM RI melalui BPOM Tarakan. “Kalau semua kita periksa di tempat yang sama tentu akan memakan waktu, jadi tidak semua kami periksa,” ujarnya.

Pemeriksaan sendiri, sambung Bagus, merupakan instruksi langsung dari BPOM. Jika nanti ditemukan ada hasil yang positif tentu akan dilakukan pembinaan oleh Dinkes Bulungan. “Tapi kita tunggu nanti hasilnya seperti apa dari BPOM Tarakan, tapi kita tetap berharap hasilnya negatif tidak ada yang positif,” ujarnya.

Bagi masyarakat yang ingin mengetahui kandungan yang ada di dalam takjil tidak bisa hanya melihat dengan kasat mata saja, tetap harus melalui uji laboratorium. Namun jika berdasarkan ciri-ciri biasanya kalau untuk formalin dengan bahan yang normal, misalnya mie biasa akan lebih awet dan tidak lengket. Sama dengan bakso, jika mengandung boraks akan bertekstur lebih kenyal.

“Kalau dipantulkan bakso itu akan mantul, karena kekenyalannya akan berbeda dengan bakso yang normal,” ujarnya.

Begitu juga dengan takjil yang mengandung pewarna Rhodamin B, warnanya akan lebih mencolok dan warnanya juga tidak merata. “Pengujian ini kita lakukan untuk melindungi konsumen dari zat berbahaya,” bebernya.

Dalam hal ini, konsumen juga harus lebih teliti untuk mengenali jenis takjil berbahaya. Karena apabila zat berbahaya itu secara terus menerus dikonsumsi tentu akan sangat berbahaya untuk kesehatan, bahkan bisa menyebabkan penyakit kanker.

Sementara Kepala Bidang Perdagangan pada Disperindagkop dan UMKM Bulungan, Murtina mengatakan, untuk pengawasan pedagang memang domainnya ada di pihaknya. Tapi untuk kesehatan tentu kewenangannya ada di Dinkes.

“Kalau kami hanya sebatas mengawasi pedagang saja untuk segi kesehatan yang lebih memahami Dinkes,” ujarnya.

Pengawasan pun telah dilakukan secara intens, bahkan pembinaan kepada pedagang juga telah dilakukan. Selama Ramadan ini tidak hanya takjil saja yang diawasi. Stok sembako dan harga di pasaran pun tak luput dari pengawasan, untuk memantau harga setiap hari akan ada petugas yang mendata harga di pasar. “Data yang diambil di lapangan itulah yang akan disampaikan ke pemerintah pusat,” ujarnya.

Jika dalam data itu terjadi lonjakan harga, tentu pihaknya akan langsung melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lapangan. Hal itu dilakukan untuk memastikan apa yang menyebabkan harga itu naik. “Jadi data itu akan menjadi acuan kita untuk melakukan sidak,” pungkasnya. (*/jai/eza)

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

X