Festival paradebeduk sahur yang diprakarsai olehPersaudaraan Pemuda Kampung Arab (PPKA) di Tanjung Selor, untuk kali ketiga kembali digelar. Tentunya, tak tertinggal berbagai ide dan kreativitas pun ditunjukkan para peserta beduk sahur. Lalu bagaimana keseruannya. Berikut liputannya.
RACHMAD RHOMADHANI
SABTU (1/6)malam di bulan suci puasa Ramadan ini, suasana di jalan protokol yang ada di Ibu Kota Kaltara, Tanjung Selor tampak berbeda dibandingkan malam–malam lain sebelumnya. Ya, diketahui jika biasanya umat muslim pasca melaksanakan ibadah salat Isya dan Tarawih berjamaah kembali pulang ke rumah atau tadarus Alquran.
Namun, kali ini umat muslim di ibu kota ini secara spesial pada malam penutupan Kampung Ramadan, Tanjung Selor disuguhkan dengan festival parade beduk sahur. Alhasil, hal itu pun membuat sepanjang jalan protokol yang hendak dilintasi para peserta beduk sahur dipadati oleh masyarakat yang akan menyaksikan.
Dan tepat pukul 21.30 WITA, peserta festival parade beduk sahur mulai menunjukkan berbagai aksinya. Mereka yang juga merupakan warga di Bumi Tenguyu, sebutan lain Kabupaten Bulungan secara berkelompok memulai paradenya.
Diketahui, dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Di antaranya peralatan dari ember bekas, kaleng cat bekas, botol kaca bekas dan bambu sebagai alat membangunkan sahur. Itu semuanya mampu membius masyarakat yang menyaksikan. “Sahur, sahur. Sahur, sahur,” begitulah beberapa kata yang terlontar dari para peserta parade pada malam yang penuh berkah itu.
Namun, ada kalanya beberapa peserta menggunakan pengeras suara. Sehingga suasana malam itu pun bertambah semakin meriah lantaran masyarakat dan peserta saling memberikan respon tatkala melantunkan sebuah lagu islami.
“Marhaban tiba, marhaban tiba,” ucapan sepenggal lagu dari salah satu peserta parade beduk sahur. Dan spontan disambut oleh masyarakat “Ramadan Ya Ramadan, Ramadan Ya Ramadan. Ramadan Ya Ramadan, Ramadan Ya Ramadan,” begitulah alunan lagu islami yang menjadi penghias malam parade itu.
Tak hanya itu, dari peserta yang tengah parade itu pun ada menampilkan sebuah ide dan kreativitas yang cukup menyeramkan. Bagaimana tidak? pada malam itu salah satu peserta justru menyuguhkan pocong–pocongan. Sehingga masyarakat pun sedikit terkejut manakala pocong jadi-jadian itu mulai beraksi. Baik saat pandangan matanya yang tajam hingga aksi loncat-loncatnya.
“Astagfirullah . . . saya kira pocong beneran,” ucap salah seorang masyarakat yang terkejut tatkala melihat pocong-pocongan itu melintas di hadapannya.
Akan tetapi, sebagian masyarakat yang mengetahui pocong-pocongan itu pun justru menjadikannya sebuah tontotan yang menarik. Bahkan, ada masyarakat justru mengajaknya untuk selfie. Dan tentunya, pocong-pocongan itu pun tetap pada ekspresinya yang menyeramkan tatkala diajak selfie. “Selfie dulu cong. Selfie,” ajak salah seorang masyarakat berpeci hitam itu.
Di sisi lain, acara parade beduk sahur ini sejatinya bertujuan untuk menjaga suatu tradisi agar tak punah. Pasalnya, memang saat ini seiring perkembangan zaman. Terkadang hal itu membuat adat dan tradisi mulai tergerus. Oleh karenanya, dengan kegiatan beduk sahur ini sebagai upaya dalam membangkitkan semangat menjaga tradisi.
“Alhamdulillah, peserta yang mengikuti beduk sahur ini jauh membludak dibandingkan penyelenggaraan di tahun sebelumnya,” ungkap Muhamad Idris, SE selaku Ketua Dewan Pembina Persaudaraan Pemuda Kampung Arab (PPKA), Tanjung Selor.
Lanjutnya, dengan membludaknya peserta yang ikut andil ini tentunya sebagai pertanda bahwa kegiatan yang diselenggarakan ini diterima dan disambut baik oleh masyarakat. Sehingga pihaknya yang hanya sebagai penyelenggara kegiatan sangat beterimakasih kepada masyarakat yang antusiasnya mengikuti parade beduk sahur ini.
“Kepada jajaran Pemprov Kaltara, Pemkab Bulungan, DPRD dan lainnya saya juga ucapkan terimakasih atas kerjasamanya dalam mendukung secara penuh terselenggaranya festival ini,” ujarnya.