• Senin, 22 Desember 2025

Waspadai Malaria dan Leptospirosis

Photo Author
- Selasa, 8 Januari 2019 | 13:57 WIB

TARAKAN – Malaria dan leptospirosis menjadi penyakit yang diwaspadai Dinas Kesehatan (Diskes) Tarakan pada tahun ini, selain demam berdarah dengue (DBD).

Pasalnya, nyamuk Anopheles yang dapat menyebabkan malaria sudah terdeteksi ada di Tarakan. Namun, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Tarakan, Witoyo mengaku belum mendapatkan laporan adanya warga yang terkena malaria.

“Kalau enggak diantisipasi, nantinya betul-betul ada kasus di Tarakan,” ujar Witoyo, Senin (7/1).

Langkah antisipasi yang akan dilakukan, kata dia, yakni dengan melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan dan membasmi sarang nyamuk. Menurut Witoyo, jika nyamuk penyebab demam berdarah dengue lebih banyak bersarang di genangan air yang bersih, sebaliknya nyamuk Anopheles bersarang di air yang kotor seperti parit, kolam, maupun genangan air di tanah.

“Jadi, nanti perlu kerja bakti yang luas, karena empat kelurahan itu sudah ada nyamuk Anopheles,” ujarnya.

Ia melanjutkan, Tarakan selama ini dikenal bebas malaria. Kalaupun ada korban, berasal dari luar Kaltara. Meskipun bebas malaria, namun jika nyamuk penularnya sudah ada, Witoyo khawatir penyakit tersebut bisa muncul kapan saja.

Penyakit malaria, kata dia, tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena bila sudah berat, penyakit ini juga bisa menyebabkan kematian bisa menyerang hingga otak manusia. Gejala awalnya, lanjut Witoyo, tubuh merasakan sensasi dingin dan menggigil, demam, sakit kepala, mual dan muntah, serta nyeri otot tulang sendi.

“Kalau sudah menyebar ke otak biasanya kejang-kejang. Nanti bisa meninggal atau ada yang gangguan otak juga,” bebernya.

Untuk penyakit leptospirosis, meskipun tergolong langka di Tarakan, tetap menjadi perhatian pihaknya. Karena sumber penularannya juga sudah ada, yakni melalui kotoran tikus.

“Kalau banjir biasanya tikus kemana-mana. Air kencingnya bisa menularkan lewat makanan. Untuk Tarakan sebetulnya, virus penyebabnya itu sudah ada di dalam tikus yang ada di Tarakan. Itu dari hasil penelitan survei Litbangkes. Tikus-tikus Tarakan itu mengandung leptospirosis,” bebernya.

Menurut Witoyo, pihaknya masih menunggu laporan keseluruhan dari Litbangkes terkait survei yang dilakukan. Bila sudah ada, segera pihaknya menginformasikan ke setiap fasilitas kesehatan supaya mendeteksi secara dini terhadap masyarakat yang mengalami gejala leptospirosis.

“Harapannya nanti untuk pasien-pasien yang bisa dicurigai leptospirosis ini untuk didalami,” ujarnya. (mrs/fen)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

X