TARAKAN – Sorotan terhadap maskapai tidak hanya menyangkut tarif tiket pesawat yang melonjak drastis, tapi juga terkait kebijakan menghapus insentif dan menurunkan komisi bagi agen perjalanan.
Itu diketahui setelah sejumlah agen perjalanan di Tarakan mengeluhkan kebijakan tersebut. Bahkan, karena pemberlakukan kebijakan itu, agen perjalanan terancam gulung tikar alias tutup.
Menurut salah seorang pemilik agen perjalanan yang enggan disebutkan namanya, akibat berlakunya kebijakan tersebut, pendapatannya menurun. Terutama penghapusan insentif yang menjadi harapannya mendulang rezeki dari bisnis penjualan tiket pesawat.
“Lumayan. Kami itu satu tiket Rp 10 ribu insentifnya. Itulah yang kami harap. Komisi itu kecil. Komisi itu 3 persen dari tarif, bukan dari harga totalnya. Kan potong PPN (pajak pertambahan nilai),” ujarnya kepada Harian Rakyat Kaltara, Sabtu (12/1).
Keluhan yang sama juga diungkapkanAji. Dia menganggap kebijakan tersebut sangat merugikan dan mengancam usahanya. “Kalau agen (perjalanan) kecil, ya otomatis pelan-pelan pasti tutup. Paling dalam jangka enam bulan tutup,” ujarnya, Senin (14/1).
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia atau Asita Tarakan, Ridho Asnawi, tidak menampik keluhan para agen perjalanan karena kebijakan maskapai menghapus insentif dan menurunkan komisi. Menurutnya, persoalan ini sebenarnya sudah lama mencuat sejak bermunculannya agen perjalanan online di Indonesia. Dengan demikian, maskapai condong memberikan kebijakan istimewa. Selain itu, maskapai juga membuka penjualan tiket.
Padahal, kata dia, sebelum diberlakukannya kebijakan tersebut, agen perjalanan bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan. Ia mencontohkan, untuk usaha agen perjalanan yang dirintisnya, pendapatan mencapai Rp 50-60 juta per bulan.
“Untuk menjual tiket sekarang berat. Apalagi kebijakan baru menghilangkan insentif tadi. Komisi umpanya dari 5 diturunkan 3,” ujarnya.
Sementara itu, Distrik Manager Sriwijaya Air Tarakan, Dandy Harianto Santosa yang coba dikonfirmasi awak media ini, kemarin, tidak mengangkat teleponnya. Pesan yang dikirim pun tidak ada balasan.
Sedangkan Airport Manager Lion Air Cabang Tarakan, Muhammad Arif mengaku tidak memiliki kewenangan memberikan penjelasan terkait kebijakan tersebut. “Kalau terkait itu saya tidak paham dan tidak bisa menjawab. Yang tahu persoalan itu, Ibu Ima, Distrik Manajer. Kalau saya persoalan operasional,” ujarnya. (mrs/fen)