TARAKAN - Pencarian hari ketiga terhadap korban Baharuddin yang hilang di jembatan Sungai Tabur, Sei Menggaris, Kabupaten Nunukan, belum membuahkan hasil.
Bahkan pencarian sudah dilakukan sejauh 2 hingga 3 Nautical Mile (NM) dari Lokasi Kejadian Perkara (LKP). Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Tarakan Syahril melalui Kasi Operasi dan Kesiapsiagaan Dede Hariana mengakui, pada hari pertama pencarian hanya menemukan potongan tubuh berupa hati manusia sejauh 500 meter dari LKP.
Namun, setelah dilakukan visum di RSUD Nunukan, ternyata bukan organ tubuh korban. “Akhirnya kami melakukan pencarian lagi. Pada Sabtu lalu (16/7), sempat patokan sama organ tubuh itu. Ternyata bukan milik korban,” tuturnya, Minggu (17/7).
Pencarian korban juga melibatkan unsur dari Polsek Sei Menggaris, Tagana Nunukan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan, Pamtas TNI AD Armed 18, masyarakat serta nelayan. Pencarian tim SAR gabungan terbagi di beberapa area.
“Di sekitar LKP dimungkinkan memang banyak binatang buas. Makanya kami sangat berhati-hati saat melakukan pencarian,” ujarnya.
Namun pihaknya belum bisa memastikan, pria yang berusia 29 tahun itu telah dimangsa binatang buas seperti buaya. Pencarian korban juga menyisir area bakau dan tempat yang sering dilewati binatang buas. Selain sandal, pihaknya belum menemukan barang milik korban. “Sambil kita memantau. Takutnya ada korban di sekitar situ,” imbuhnya.
Tim SAR gabungan terkendala minimnya armada laut saat melakukan pencarian. Makanya, armada rigid inflatable boat (RIB) ditumpangi beberapa unsur dalam pencarian. Sesuai aturan, operasi SAR dilaksanakan selama 7 hari. Namun jika situasi tidak memungkinkan atau keluarga korban meminta penghentian pencarian sebelum 7 hari. Maka, pihaknya siap tidak melanjutkan pencarian.
“SOP kami pencarian selama 7 hari. Saat ini memang keluarga korban yang lebih banyak melakukan pencarian,” katanya.
Biasanya, tim SAR gabungan melakukan pencarian korban di laut dengan beberapa teknik. Diantaranya melakukan penyisiran dan pembuatan gelombang. Khusus untuk pembuatan gelombang tidak dimungkinkan dilaksanakan. Sebab, dikhawatirkan tubuh korban akan tersangkut.
“Kendalanya saat diselam juga tidak memungkinkan. Karena arus deras. Jarak pandang juga kosong. Batang pohon hanyut pun mengganggu jarak pandang. Takutnya RIB kami bocor. Cuaca tidak stabil, kadang hujan dan mengganggu kami dalam melaksanakan pencarian,” pungkasnya. (sas/uno)