TANJUNG SELOR – Menyambut Hari Jadi ke-233 Kota Tanjung Selor dan ke-63 Kabupaten Bulungan, Rabu (11/10) di tambangan VIP-Tanjung Palas, menggelar Biduk Bebandung, yang merupakan tradisi budaya masyarakat, khususnya Bulungan.
Biduk Bebandung merupakan kapal kerajaan yang digunakan oleh para raja-raja Kesultanan Bulungan, untuk melakukan ritual adat, pesta adat dan acara-acara besar lainnya. Biduk Bebandung berasal dari kata Biduk yang artinya perahu dan Bebandung yang berarti kembar. Sehingga Biduk Bebandung memiliki makna dua buah perahu kembar atau lebih, yang diapit atau digandeng menjadi satu.
Pada Hari Jadi tahun lalu, tradisi Biduk Bebandung tidak digelar. Karena mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Pasalnya, kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan Biduk Bebandung cukup besar.
Menurut Bupati Bulungan Syarwani, tradisi Birau atau pesta besar berasal dari tradisi Kesultanan Bulungan. Yang diselenggarakan oleh Sultan Bulungan secara turun temurun. Termasuk di dalamnya, ada Biduk Bebandung sebagai bentuk penghargaan ketika ada kegiatan para tamu kehormatan yang menjadi warisan budaya Kesultanan Bulungan.
“Ini merupakan warisan kegiatan yang pernah dilaksanakan Kesultanan Bulungan. Setiap adanya kegiatan atau penyambutan tamu-tamu kehormatan Sultan, yang datang dan berkunjung ke Kesultanan Bulungan,” terang Syarwani.
Sebagai bentuk apresiasi, lanjut mantan Ketua DPRD Bulungan ini, tetap melestarikan budaya Biduk Bebandung dalam momentum Hari Jadi ke-233 Kota Tanjung Selor dan ke-63 Kabupaten Bulungan. Bupati pun mengharapkan, tradisi Biduk Bebandung bisa tetap dilaksanakan bagi siapapun yang akan memimpin Bulungan ke depannya.
“Nuansa Hari Jadi tahun ini berbeda dari tahun lalu. Kita memfokuskan pada Festival Sungai Kayan. Pada tahun 2022, kita memberdayakan bagi pelaku UMKM dan panggung hiburan yang disiapkan pemerintah daerah,” ungkap Syarwani.
Syarwani menilai, dalam Festival Sungai Kayan bisa menjadi ikon wisata. Dengan mengusulkan Festival Sungai Kayan ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), agar masuk dalam kalender Kharisma Event Nusantara (KEN).
“Sehingga setiap tahun Festival Sungai Kayan tetap bisa terselenggara,” harapnya. Pemerintah daerah, terus berupaya menjaga serta melestarikan warisan tradisi budaya. Sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada para pemimpin Bulungan terdahulu. Serta untuk mengenalkan tradisi ini kepada generasi muda, generasi penerus di Kabupaten Bulungan.
Di lain pihak, Anggota DPRD Bulungan Sunaryo mengapresiasi bisa digelarnya tradisi Biduk Bebandung. Sebagai bentuk untuk melestarikan budaya yang ada di Kabupaten Bulungan.
“Tahun 2022 lalu kita tak ada tradisi ini (Biduk Bebandung), dikarenakan persoalan kemampuan anggaran daerah. Di tahun ini, bersyukur tradisi itu bisa kembali digelar. Dalam menyambut Hari Jadi Kota Tanjung Selor dan Kabupaten Bulungan,” singkat Politisi Partai NasDem ini. (uno2)