TANJUNG SELOR – Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sungai Kayan di Kecamatan Peso, belum sepenuhnya dilaksanakan. Meskipun proses groundbreaking sudah terlaksana sejak 2012 silam.
Kepala Desa (Kades) Long Peso Pulinop Jaui mengaku, sempat meragukan pembangunan. Karena perkiraan waktu penyelesaian yang diformulasikan pada sosialisasi pertama. Bahkan, PT Kayan Hydro Energy (KHE) yang menangani pembangunan tersebut menyatakan, untuk satu bendungan bisa selesai dalam waktu lima tahun.
“Sekarang, sudah 11 tahun berjalan belum ada satu bendungan yang terbangun,” ucap Pulinop, belum lama ini. Menurutnya, jika waktu dimaksimalkan dengan baik tentu bisa saja diselesaikan. Namun, perusahaan memahami soal perizinan yang cukup memakan waktu lama. Hal ini diperparah dengan pandemi Covid-19.
“Untuk pembangunan memang sempat terhambat. Tetapi, waktu pandemi Covid-19, KHE tetap fokus melakukan pembebasan lahan,” tuturnya. Melihat progres saat ini, Pulinop menyakini perusahaan berkomitmen merealisasikan pembangunan PLTA. “Karena keberadaan PLTA ini sudah lama dinantikan warga,” harapnya.
Sementara itu, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI sekaligus Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) Marthin Billa memberikan dukungannya terhadap pembangunan PLTA. Ia menilai, banyak manfaat yang akan didapatkan masyarakat dengan adanya pembangunan proyek tersebut.
Ia mengajak masyarakat untuk mendukung pembangunan PLTA, agar terlaksana dengan lancar dan sesuai target yang telah ditentukan. “PLTA ini dapat membuka lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujarnya.
Di lain pihak, Wakil Bupati (Wabup) Bulungan Ingkong Ala mengaku sudah beberapa kali melakukan peninjauan ke lapangan untuk melihat progres pembangunan PLTA. Saat ini, progresnya sudah signifikan. “KHE sudah melakukan blasting (peledakan), untuk saat ini,” imbuhnya.
Blasting, sambung Ingkong Ala, telah dilakukan sejak Juli 2023. Ini menunjukkan komitmen KHE dalam membangun PLTA. Menurut Wabup, PLTA merupakan proyek besar dan memerlukan beberapa izin yang harus diperoleh dalam melaksanakan pembangunan.
“Pembangunan PLTA ini akan membuka lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Informasinya, sekarang ini sudah ada 600 orang,” tuturnya. Ke depan, jumlah penyerapan tenaga kerja diproyeksikan akan terus bertambah mencapai 6.000-7.000 orang. Untuk energi listrik yang dihasilkan dari PLTA, akan di suplai ke Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) Tanah Kuning-Mangkupadi di Kecamatan Tanjung Palas Timur, Bulungan.
Manajer Operasional KHE Khaeroni mengatakan, progres pembangunan PLTA telah signifikan. Meskipun mobilisasi material terhambat akses yang terbatas dan kondisi air yang rendah. Saat ini, proyek sudah memasuki tahap blasting dan difokuskan pada infrastruktur jalan hingga pekerjaan bangunan pengelak (diversion channel).
Ditargetkan, commercial operations date (COD) atau siap beroperasi komersial pada 2027-2028 mendatang. “Sebelumnya pekerjaan di lapangan sempat terkendala pandemi Covid-19. Tetapi, bukan berarti tak ada pekerjaan. Pekerjaan tetap berjalan, meskipun tak maksimal,” ujarnya.
Dalam proses pembangunan PLTA, KHE juga menggandeng dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Yakni PT Indra Karya (Persero) dan PT Dahana untuk pengawasan dan peledakan. “PT Indra Karya ini mitra KHE dalam melakukan pengawasan. Sedangkan PT Dahana, sebagai pelaksana untuk kegiatan blasting,” ungkapnya.
Untuk nilai investasi proyek ini sedang dilakukan audit internal dan hasilnya dapat diketahui pada akhir Desember atau awal Januari mendatang. (uno2)