Terungkap tidak sedikit anak usia dini bahkan seharusnya mengenyam bangku sekolah, diketahui tidak sekolah karena ikut dengan orang tuanya tinggal di Malaysia karena pekerjaan orang tuanya.
Itu diungkapkan Ketua RT 5, Desa Aji Kuning, Sebatik Tengah, Sunardin. Dirinya mengaku, ada puluhan anak warganya yang tinggal di Malaysia namun tidak sekolah. Yang bersekolah hanya sebagian kecil karena memaksakan tetap sekolah di Sebatik, meski harus menempuh perjalanan jauh.
“Jauh itu perjalan dari kampung perusahaan tempat orang tuanya bekerja di Malaysia, ada tiga kampung di sana, kalau mereka jalan kaki ke Sebatik, butuh waktu berjam-jam seharusnya,” ungkap Sunardin ketika ditemui.
Setau Sunardin, ada warganya yang tinggal di Malaysia, beralamatkan di Desa Aji Kuning yang diketahui anaknya tetap sekolah di Sebatik, tepatnya di wilayah Sei Limau, Sebatik Tengah, lebih dari 3 orang anak saja.
Dirinya mengaku sudah sering mengimbau orang tua mereka, jika ingin sekolahkan anaknya di Sebatik, Sunardin mempersilahkan anak-anak mereka tinggal di rumahnya, daripada tinggal bersama orang tuanya di perusahaan, dengan harus menempuh perjalanan jauh untuk anak-anak pergi sekolah ke Sebatik, bahkan karena hal itu, terdapat anak-anak putus sekolah.
“Ya, terkadang ada yang putus sekolah, bahkan tidak sekolah sama sekali, karena faktor itu tadi, ekonomi dan perjalanan jauh, makanya saya ajak, kalau kamu mau sekolahkan anakmu di Sebatik, datanglah ke sini bawa anaknya, tinggal sama saya di sini (rumah) supaya anaknya sekolah, jangan sampai putus sekolah,” harap Sunardin.
Hamidah, warga Sunardin yang beralamatkan di Desa Aji Kuning, Sebatik Tengah dan tinggal di Malaysia karena pekerjaan, juga mengakui tinggal puluhan tahun di Malaysia, anak-anaknya tidak bersekolah, termasuk cucu-cucunya.
Dirinya mengaku bingung ingin sekolahkan dimana, karena jika sekolah di Malaysia, anak-anak mereka tidak akan diterima, sementara kalau ingin sekolah di Indonesia (Sebatik) membutuhkan perjalanan yang tidak dekat.
“Tidak ada yang bersekolah, karena tidak ada fasilitas oleh perusahaan juga sekolah-sekolah, kan di sana kalau mau mendaftar sekolah hanya untuk anak-anak Malaysia saja, jadi mau tidak mau belajar di rumah saja sendiri,” kata Hamidah.
Hamidah mengaku masih punya waktu luang bersama cucu-cucunya saat ini di waktu malam hari untuk mengajarkan cucunya pendidikan. Berbeda waktu zaman anak-anaknya masih kecil, anak-anaknya harus diajarkan inisiatif belajar sendiri.
“Dulu anak-anak kita ya belajar sendiri, tetap bisa juga bahasa Indonesia, membaca, menulis berhitung, meski apa adanya, sekarang mereka sudah besar-besar sudah menikah punya anak, sekarang cucu saja, kita ajarkan membaca sampai bisa sendiri, kadang kita kasi nonton youtube, biar belajar membaca sendiri mereka,” ungkap Hamidah. (raw/lim)