Dinas Perdagangan (Disdag) Nunukan klaim kenaikan harga beras terus berlanjut hingga saat ini. Kenaikan harga terjadi secara perlahan di mana sejak akhir tahun 2023, harga besar di kisaran Rp 11 sampai 12 ribu per kilogram, sekarang harga beras sudah mencapai Rp 16 ribu per kilogram.
Kabid Perdagangan Dalam Negeri pada Disdag Nunukan, Dior Frames. Dirinya menerangkan, untuk kenaikan harga komoditas yang sudah ada, sampai saat ini hanya terlihat di sektor beras. Komoditas lain, belum terjadi kenaikan harga.
Baca Juga: Selain Perumda, Kepala OPD Pemkot Tarakan Juga Dirombak
Bahkan kenaikan beras disebut sudah terjadi sejak triwulan 4 di tahun 2023. Hal tersebut sudah dalam pantauan oleh pemerintah pusat, bahwa dampak dari kekeringan atau el nino, menyebabkan gagal panen di beberapa sentral produksi atau daerah penghasil beras.
“Ya, jadi kenaikan harga beras secara nasional itu, juga sudah terjadi sejak 6 bulan terakhir, di Nunukan sendiri juga sudah terjadi, mengingat Nunukan bukan daerah penghasil beras, melainkan mengandalkan pasokan dari wilayah Sulawesi. Jika harga beras di Sulawesi naik, maka harga beras di Nunukan juga akan mengalami kenaikan,” ungkap Dior ketika diwawancarai, Rabu (28/2).
Kendati demikian, komoditas sembako termasuk beras yang berasal dari perdagangan lintas batas perbatasan Indonesia-Malaysia, sampai saat ini masih menjadi salah satu penyeimbang atau bagian dari yang memenuhi kebutuhan masyarakat Nunukan.
Itu menjadi keistimewaan Nunukan, di mana komoditas sembako lintas negara, sesuai dengan kesepakatan kedua negara, memang masih dilakukan hingga saat ini untuk ketersediaan kebutuhan pokok Nunukan.
Sementara itu, wilayah Krayan sebagai penghasil beras, disebutkan masing-masing kepala keluarga hampir sebagian besar punya lahan persawahan, kalaupun ada yang membeli, harga beras adan per 15 kilo nya, seharga 280 ribu untuk beras jenis warna putih, sementara beras merah, Rp 350 per 15 kg.
Menurut Dior, petani di Krayan menanam beras sejatinya untuk kebutuhan sehari-hari, di satu sisi mereka tetap punya mata pencaharian lainnya, karena bersawah bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di Krayan.
“Jadi walaupun mereka punya banyak sawah, tapi mereka tetap punya pekerjaan lainnya, misalnya ada yang menjadi guru, pegawai honor atau aparat desa lainnya, tapi semua rata-rata masyarakat memiliki sawah secara turun temurun,” ungkap Dior.
Sayangnya, persoalan distribusi sampai saat ini masih terkendala dengan transportasi sampai biaya angkut. Sebab, untuk mengirim beras Krayan ke Nunukan, hanya bisa melalui jalur udara, dengan pesawat perintis dan tentu kapasitas angkutnya sangatlah terbatas. (raw/lim)