Saat melakukan monitoring di Sebatik Barat, Selasa (15/4), sejumlah anggota DPRD Nunukan menemukan sejumlah pengerjaan proyek yang telah dikerjakan 100 persen, namun masih terdapat persoalan.
Seperti pada pembangunan Ruang Kelas Belajar (RKB) di SDN 004 Sebatik Barat, yang dimana dinding atas plafon RKB telah rusak dan ambruk. RKB tersebut, disebutkan atapnya bocor, membuat air merembes ke plafon dan membuat lembab. Lama kelamaan plafon akhirnya roboh.
Kepala Sekolah SDN 004 Sebatik Barat, Nur Minari mengaku, terdapat 5 RKB yang plafonnya semua rusak dan sudah tidak memiliki plafon lagi. RKB tersebut, mulai dari Kelas II,III dan IV, sudah tidak memiliki plafon.
“Waktu itu yang ambruk di kelas II, untung murid sedang di luar ruangan, jadi tidak ada yang kena, Sejak saat itu, kami buka saja plafonnya, karena semuanya rusak, kami lihat mana yang seharusnya dibuka, takutnya nanti ambruk lagi mengenai murid,” ujar Nur Minari.
Sementara itu, Anggota DPRD Nunukan Dapil Sebatik, Andre Pratama yang melihat langsung RKB tersebut berpendapat, proyek APBN yang dilaksanakan PUPR tersebut, sepertinya dikerjakan asal-asalan.
“Belum sampai 3 tahun plafon sudah runtuh, dan sekarang menjadi beban APBD kabupaten lagi akhirnya,” keluh Andre ketika dikonfirmasi pasca monitoring, Selasa (15/4).
Meski begitu, pihaknya memberikan saran demi solusi jangka panjang, dimana nantinya akan dipasangkan plafon plywood dengan sistem potongan kecil. Jika nantinya di kemudian terdapat yang rusak, tidak harus mengganti semua plafon melainkan satu demi satu plywood.
Tentu itu akan membutuhkan anggaran tidak sedikit. Andre memperkirakan membutuhkan biaya mencapai RP 30 juta untuk membuat plafon demikian. Apalagi rangka bekas pemasangan plafon sebelumnya juga harus dibuka juga.
“Nanti bisa diganti kayu dibawah atap, baru dipasangkan plafon plywood saja,” beber Andre. (raw)